Hal itu merupakan bagian dari upaya restrukturisasi GM senilai 3,8 miliar dollar AS atau Rp 55,1 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS) menghadapi pasar yang stagnan.
GM akan menghentikan produksi jenis mobil yang sulit untuk dijual, seperti sedan bertenaga bensin. Seperti dilansir CNBC, GM akan lebih banyak berinvestasi untuk kendaraan listrik.
“Kami mengumumkan menghentikan produksi beberapa jenis kendaraan di sejumlah pabrik,” sebut juru bicara GM Stephanie Rice.
Keputusan tersebut langsung ditanggapi oleh berbagai pihak. Serikat Pekerja Otomotif misalanya menyatakan akan memanfaatkan setap jalur hukum untuk melawan restrukturasi tersebut.
Sementara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Kanada Justrin Trudeu pun telah mengkritik keputusan CEO GM Mary Barra tersebut.
“Saya tidak senang,” ujar Trump ketika ditemui media di Gedung Putih.
“Kau tahu, Amerika Serikat telah menyelamatkan General Motors. Keputusannya untuk mengeluarkan perusahaan dari Ohio tidak baik. Saya pikir dia akan mengembalikan sesuatu,” tambah Trump.
Sementara Trudeu berkomentar melalui akun Twitternya untuk mendukung para pekerja di Oshawa Car Assembly Plant di Ontario.
“Kemarin, saya berbincang dengan @GM’m Mary Barra untuk menyatakan kekecewaan saya terhadap peutupan ini,” ujar Trudeu.
Produsen mobil asal Detroit ini akan menghentikan produksi di pabrik mereka di Ohio, Michigan, Maryland, dan Ontario pada 2019 serta akan menurunkan produksi di dua pabrik lainnya di luar Amerika bagian Utara pada akhir tahun depan.
Produsen mobil ini juga berencana akan memangkas gaji pegawainya sebesar 15 persen dan membuat mereka kehilangan 25 persen dari pegawai eksekutifnya.
Reorganisasi ini akan menghemat hingga 6 miliar dollar AS pada tahun 2020 mendatang.
Sumber : CNBC Editor : Sinta Merry