Indonesia- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro menyoroti kurangnya insinyur di Indonesia yang bekerja
“Indonesia kekurangan insinyur, perlu ditambah. Tetapi masalah lainnya, masih banyak juga yang insinyur ternyata yang benar-benar kerja secara profesional sesuai bidangnya itu perbandingannya hanya sekitar 5.000 dari 100.000 lulusan insinyur, di seluruh Indonesia,” ujar Bambang dalam menyampaikan paparannya di sebuah acara diskusi y7ang digelar oleh alumni ITB, di Jakarta, dikutip dari Kpmpas.com Kamis (22/11/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, minimnya jumlah insinyur tersebut menghambat kemajuan industri dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara. Bambang menjelaskan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu peran industri manufaktur dan infrastruktur untuk mewujudkan reformasi struktural yang dapat memberikan nilai tambah, tidak bergantung hanya pada komoditasnya saja.
Bambang menilai, memajukan industri manufaktur sempat terlupakan, kala sektor komoditas sedang melejit.
“Artinya, adanya insinyur-insinyur profesional, dibutuhkan kontribusi besar untuk kembali ke jalur yang benar, yaitu yang berbasis nilai tambah,” tutur Bambang.
Dengan begitu, berdasarkan perhitungannya, potensi pertumbuhan PDB Indonesia dengan kondisi yang ada, hanya bisa di kisaran 5,3% saja. Karena, Indonesia masih punya dua hambatan, yakni belum optimal melaksanakan apa yang negara miliki, dan kedua belum terlaksanakan reformasi struktural.
“Indonesia cukup tumbuh 5,1% untuk naik kelas dari negara low middle income ke upper midle income di 2020, lalu 20 tahun lagi sudah high income country, dan menjadi negara maju di 2040. Pada 2045, pendapatan per kapita Indonesia bisa di atas US$ 20.000 per tahun, rankingnya 4-7 ekonomi terbesar di dunia,” pungkas Bambang. (gus)