Esensinews.com – Pria yang membunuh John Lennon, Mark David Chapman, mengatakan kepada dewan pembebasan bersyarat bahwa dia merasa “semakin malu” setiap tahun karena menembak mantan vokalis The Beatles itu di luar apartemennya di Manhattan, AS, pada 1980.
“Tiga puluh tahun yang lalu saya tidak dapat mengatakan bahwa saya malu dan sekarang saya tahu apa itu rasa malu. Itu adalah saat kita menutupi wajah, kita tidak ingin meminta apa pun,” kata Chapman.
Dia menyatakan penyesalannya yang abadi karena membunuh Lennon dalam sidang pembebasan bersyaratnya pada Agustus di Wende Correctional Facility, di mana Chapman menjalani hukuman 20 tahun penjara.
Dalam transkrip sidang yang dirilis pejabat penjara New York pada Kamis (15/11/2019), Chapman mengatakan kepada anggota dewan pembebasan bersyarat bahwa dia masih berpikir tentang bagaimana Lennon bersikap “luar biasa” kepadanya hari itu.Ia menembak dan membunuh Lennon pada 8 Desember 1980, beberapa jam setelah Lennon menandatangani sebuah album untuknya. Karena itu, Chapman sebenarnya sempat merasa ragu apakah akan melanjutkan rencana penembakan tersebut.
“Saya (bertindak) terlalu jauh. Saya ingat ketika itu berpikir, ‘Hei, kau sudah mendapat album sekarang. Lihatlah ini, dia menandatanganinya, pulanglah’. Tapi tak mungkin saya pulang begitu saja,” kata Chapman kepada dewan.Chapman mengaku menyesal dan menyebut tindakannya itu tidak masuk akal. Ia mengatakan, hanya mencari ketenaran dan merasa tidak punya permusuhan untuk Lennon, meski pun dia mengisi senjatanya dengan peluru mematikan.
Pria berusia 63 tahun itu menyadari rasa sakit yang dia sebabkan akan terus ada bahkan setelah dia mati.
Dalam keputusannya, Dewan Pembebasan Bersyarat menyatakan bahwa akan membahayakan keselamatan publik karena seseorang mungkin mencoba melukainya karena merasa marah, ingin balas dendam, atau cuma ingin terkenal.
Chapman akan menjalani dengar sidang pengajuan pembebasan bersyarat lagi pada Agustus 2020.
Sumber : Bilboard Editor : Divon