Esensinews.com – Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi Razman Nasution menyayangkan banyaknya kritik kepada pemerintah yang tak didasarkan fakta di lapangan. Terutama soal angka kemiskinan yang disebutkan seolah-olah Indonesia tengah berada krisis moneter besar.
Ia memastikan memasuki 4 tahun kepemimpinan Jokowi angka kemiskinan menurun dan hal itu berdasarkan data autentik seperti yang dibeberkan BPS.
“Kalau jawaban saya fakta hari ini, (ekonomi) Indonesia tidak melemah,” ucap Razman dalam diskusi publik bertema ‘Ekonomi Lemah, Fakta, Data atau Hoaks’ di Rumah Kopi Cikini Menteng Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2018)..
Secara lebih spesifik, Razman menuding cawapres Sandiaga yang ia sebutkan sebagai “kubu sebelah” sudah tidak percaya diri dan kerap melontarkan pernyataan yang menimbulkan kegaduhan.
“Mungkin dalam dugaan saya, Sandiaga sudah mulai frustasi,” kata Razman dikutip dariĀ okezone.com.
Sementara itu, Politikus Partai Perindo Pahala Sianturi menegaskan jika ada yang bilang ekonomi Indonesia melemah itu adalah hoaks. Selain itu, Aktivis Perempuan Kawal Nawacita Eva Simanjuntak pun menyayangkan jika ada capres/cawapres maupun para pendukungnya menyebut ekonomi di Indonesia lemah.
“Saya tidak merasa ada dampak ekonomi lemah, belanja seperti biasanya. Kalau belanjanya ya mewah ya baru ada masalah,” tukasnya.
Sementara itu, Ketua Barisan Mahasiswa Nasional, Kristo meminta semua elemen masyarakat khususnya para elite politik agar tidak gegabah dalam menyampaikan informasi yang tidak berdasarkan data akurat maupun fakta.
“Khususnya kubu anti-Jokowi agar menyampaikan informasi berdasarkan data dan fakta. Jangan bilang tempe setipis atm, ini kan hoaks. Operasi plastik dibilang dikeroyok,” ungkap Kristo.
Lebih lanjut, Kristo memastikan pihaknya akan mendukung penuh langkah pemerintah dalam memberantas mafia hoaks yang bertujuan melemahkan jalannya roda Pemerintahan.
“Kami mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan, mari wujudkan Pemilu 2019 yang aman tertib, damai berintegritas tanpa hoaks, politisasi SARA, ujaran kebencian dan kampanye hitam,” ucap dia.
Sementara itu, Peneliti Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai kubu Prabowo banyak menggunakan bahasa hiperbola dan bombastis dalam menyikapi isu terkini.
“Tidak bicara kualitatif tetapi bahasa hiperbola dan lebay. Kubu Prabowo kurang berhati-hati menggunakan data,” sebutnya.
Kendati demikian, pengamat politik ini mengingatkan jika kompetitor Jokowi ini membangun narasi hiperbola justru bisa menjadi boomerang bagi Prabowo Sandi.
“Tidak semua narasi yang dibangun dengan bahasa hiperbola selalu efektif untuk mempengaruhi masyarakat bahkan bisa menjadi boomerang. Karena masyarakat sekarang sudah lebih cerdas,” tambah Karyono.
“Perang program boleh, asalkan menggunakan data tapi harus valid dan dipertanggung jawabkan,” pungkas Karyono.