Esensinews.com – Sebanyak 18 orang tewas dan belasan lainnya terluka saat seorang pelajar menembaki rekan-rekannya di sebuah sekolah menengah di Semenanjung Crimea.
Saat berbicara kepada orangtua para siswa dan jurnalis, pemimpin Crimea Sergei Aksyonov mengatakan, di antara korban tewas terdapat sang pelaku.
Aksyonov menambahkan, sebanyak 53 orang terluka dalam insiden tersebut dengan 12 orang di antaranya mengalami luka serius.
Komite Investigasi Crimea, setelah melakukan penyelidikan, menyebut pelaku adalah remaja 18 tahun Vladislav Roslykov, salah seorang siswa sekolah yang berlokasi di kota Kerch itu.
Vladislav terekam kamera CCTV saat beraksi dan kemudian ditemukan tewas dengan luka tembak di perpustakaansekolah.
Aksyonov menambahkan, dia sudah melihat jenazah pelaku yang digambarkannya sebagai “bukan bangsa Crimea dan bukan manusia”.
“Dia beraksi seorang diri,” kata Aksyonov kepada jurnalis, Rabu (17/102018).
Di hadapan para orangtua yang sebagian besar belum mengetahui nasib anak-anak mereka, Aksyonov menegaskan penyidik tengah berusaha mengungkap motif pelaku.
“Saya belum tahu, motif apa yang membuat sosok bukan manusia ini melakukan aksinya,” ujar Aksyonov.
Aksyonov melanjutkan, selama ini pelaku tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan dan bahkan para staf pengajar menyebutnya sebagai sosok “cinta damai”.
Namun, sejumlah laporan membenarkan Vladislav Roslyakov secara legal telah mendapatkan lisensi untuk memiliki senjata api,
Awalnya, aparat keamanan Rusia memberi keterangan berbeda terkait insiden di sekolah teknologi menengah Kerch itu.
Polisi sebelumnya menyebut kejadian itu sebagai sebuah ledakan bom dan menyebutnya sebagai sebuah aksi terorisme.
Beberapa jam kemudian, Komite Investigasi menegaskan, para korban tewas akibat luka tembakan.
“Penembakan terjadi setelah ledakan. Pelaku memilki sebuah senapan berburu,” ujar seorang pejabat Crimea, Igor Mikhailichenko.
Setelah mendapat kepastian bentuk serangan yang terjadi, kepolisian lalu menyebut insiden tersebut sebagai kasus pembunuhan.
Penyidik mengatakan, sebagian besar korban adalah para remaja. Menurut situs resminya, sekolah tersebut menerima siswa mulai dari yang berusia 14 tahun.
Sumber :AFP Editor : Ridhwan