Oleh : KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara
(Dosen Fakultas Teknik/Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada)
Kepada Yth,
Ibu Ratna Sarumpaet
Di tempat
Hal: Pengakuan jujur Ibu Ratna Sarumpaet di TV
Dengan hormat,
pertama saya ingin perkenalkan diri saya. Nama saya Bagas Pujilaksono Widyakanigara. Saya dosen di Fakuktas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Sejak saya jadi mahasiswa program sarjana di Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, UGM, tahun 1984, saya selalu diajari berperilaku jujur, polos, lugu dan lugas, tidak basa-basi atau munafik. Berbohong adalah hal yang tidak pernah bisa ditolerir di dunia akademik.
Saya dari keluarga terhormat, dari garis ayah saya, adalah cucunya Brawijaya ke V dari Kebo Kanigara. Sedangkan raja-raja Mataram yang bertahta saat ini, dari garis adik kandungnya Kebo Kanigara yaitu Kebo Kenongo.
Namun demikian, sebagai akademisi yang puluhan tahun hidup di Eropa, saya tidak terganggu dengan cara orang menyampaikan suatu kebenaran. Sejauh itu suatu kebenaran, walau cara yang ditempuh cara preman atau bandit, saya tetap bisa menangkap substansinya. Walau, agama saya yaitu agama Islam mengajarkan niatan baik harus dijalankan dengan cara yang baik pula, bukan dengan cara kriminal.
Selama ini saya perhatikan sepak terjang ibu Ratna kaitannya dengan kinerja pemerintahan Jokowi. Ibu Ratna selalu mengkritik Jokowi seolah-olah Jokowi nggak ada benarnya. Cara berfikir ibu jelas fuzzy alias chaos, karena tidak ada manusia di dunia ini yang selalu benar dan tidak ada manusia yang selalu salah, adanya bisa benar dan bisa salah.
Contohnya; ibu Ratna sendiri yang hari ini di depan publik mengakui kebohongan yang telah ibu lakukan. Ibu Ratna telah melakukan kebohongan publik dan ini jelas perbuatan kriminal. Meminta maaf tidak cukup, kasus hikumnya juga harus diberesi.
Namun, saya hargai keberanian ibu Ratna mengakui semua kebohongan ini di depan publik luas. Ibu bukan hanya membohongi Prabowo, Amien Rais, Rizal Ramli, dkk namun ibu Ratna telah membohongi bangsa Indonesia.
Jangan lupa, kebohongan ibu Ratna tidak hanya berhenti sebagai kebohongan, namun telah berkembang menjadi komuditas politik memfitnah sana dan menfitnah sini termasuk ada ucapan-ucapan yang menyudutkan kelompok Jokowi.
Kalau ibu Ratna mengerti agama Islam dengan benar, fitnah itu perbuatan keji dan termasuk dosa besar. Bertobatlah bu Ratna, sebelum ajal menjemput.
Saya bukan pendukung Prabowo. Saya pendukung Jokowi sejak 2014. Namun, saya jadi kasihan sama Probowo dengan adanya kasus kebohongan publik bu Ratna. Saya tahu Prabowo orangnya sangat teguh memegang komitmen Berkampanye Damai di pilpres 2019. Gara-gara perilaku bohong ibu Ratna, Prabowo jadi terbawa-bawa pada permainan politik kotor bu Ratna.
Bu Ratna, usia ibu sudah 70 tahun: bersyukurlah diberi umur panjang dan pergunakan kesempatan hidup ini untuk berbuat kebaikan, bukan untuk berbohong dan menebar fitnah keji. Kalau orang jawa bilang: golek dalan padhang (cari jalan terang menuju keabadian).
Aja seneng nyikoro liyan (jangan suka memfitnah orang) . Ngundhuh wohing pakarti (ibu Ratna kelak pasti akan menerima segala perbuatan jahat ibu selama hidup).
Sekali lagi sejarah telah menunjukkan dengan jelas hari ini ibu Ratna telah melakukan kebohongan publik.
Semoga Tuhan Yang Maha Perkasa segera menentukan pilihanNya. Terimakasih.
Yogyakarta, 2018-10-03
Hormat saya,
(KPH. Bagas Widyakanigara)