Kemarin Senin (11/8/2018) Partai Nasdem mengancam akan mensomasi Rizal Ramli (RR) berkenaan dengan ucapan Rizal yang dianggapnya telah memfitnah Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem.
Somasi tersebut menurut saya tidak masuk akal, jauh dari norma demokratis dan kekanak-kanakan. Kalau somasi tersebut benar terjadi lansekap politik kita akan menjadi tertawaan dunia internasional dan bergenerasi publik kita sendiri di kemudian hari.
Mengapa saya katakan somasi tersebut tidak masuk akal? Karena apa yang dituduhkan Nasdem kepada RR (melakukan fitnah) ternyata sama sekali jauh dari fitnah. Dalam pernyataannya Nasdem diwakili oleh Syahrul Yasin Limpo, Ketua DPP mengemukakan bahwa: 1) Surya Paloh tidak pernah ikut campur kebijaksanaan impor pemerintah, 2) tidak punya bisnis terkait impor beras, gula, garam dan sebagainya, 3) tidak pernah minta projek atau jatah menteri kepada Presiden Jokowi. Berkaitan dengan itu Syahrul berniat mensomasi RR karena dianggapnya telah memfitnah Surya Paloh (Kompas.com, 11/9).
Apakah betul RR telah memfitnah Surya Paloh? Pernyataan yang dikutip oleh Kompas.com berasal dari wawancara di Indonesia Business Forum, TVONe, 6/9/18. Dalam wawancara tersebut Kompas.com mengutip ucapan RR:
“Sebetulnya biang keroknya ini Menteri Perdagangan saudara Enggar, ya. Misalnya impor dari garam dia Iebihkan 1,5 juta ton, petani garam marah, yang kedua impor gula dia tambahkan 2 juta ton, impor beras dia tambahin 1 juta ton, termasuk yang Faisal katakan tadi soal ban. Jadi biang keroknya sebetulnya saudara Enggar, ya, cuma Presiden Jokowi gak berani negor, takut sama Surya Paloh, ya. Saya katakan Pak Jokowi panggil saya saja biar saya yang tekan Surya Paloh, karena ini brengsek. Import naik tinggi sekali, petani itu dirugikan, petambak dirugikan dan akibatnya elektabilitas Pak Jokowi juga merosot digerogoti mereka ini, pada main dari komisi, dari impor yang sedemikian besarnya”
Dalam kutipan di atas sama sekali tidak ada pernyataan RR yang bermakna menuduh Surya Paloh korupsi. RR bahkan tidak menyebutkan ada tindak korupsi.
RR hanya bilang bahwa Mendag Enggartiasto melebihkan kebutuhan impor sejumlah komoditi. Karena Enggartiasto adalah kader Nasdem hendaknya Presiden meminta Ketua Umum Nasdem memperingatkan Menperdag. Itu saja.
Maka sangat tidak masuk akal karena ucapannya itu RR dituduh memfitnah Surya Paloh. Kalau ada hal yang perlu dipertanggung-jawabkan oleh Rizal Ramli hanyalah tentang pernyatan “kelebihan impor”. Benarkah kelebihan impor itu terjadi?
Kalau hal itu benar maka RR sebetulnya sedang melaksanakan kewajibannya sebagai warga sipil yang terhormat yaitu melakukan kontrol sosial kepada pemerintah.
RR memberikan pendapat dan informasi kepada masyarakat dan pemerintah yang berkaitan dengan hajat masyarakat banyak. Soal benar dan salah pernyataan RR adalah soal lain.
Pemerintah yang wajib meluruskan bila pernyataan RR salah. Meski begitu pemerintah wajib berterima-kasih kepada RR, lepas dari salah-betul pernyataannya, karena telah menjalankan tanggungjawabnya sebagai warga negara yang baik.
Ini lah yang saya katakan sebagai norma demokratis. RR menyampaikan pernyataannya itu dalam rangka menjalankan kewajiban demokratisnya, lantas kenapa partai politik yang melekatkan istilah “demokrasi” pada namanya justru menggugat dia? Apakah Partai Nasional Demokrat mengerti arti demokrasi?
Ketiga, somasi Partai Nasdem juga kekanak-kanakan dalam hemat saya. Mengapa? Karena hanya kanak-kanak yang terluka oleh kata-kata. Kalau kata-kata benar-benar sangat penting bagi Nasdem saya mengingatkan bahwa Surya Paloh pernah menyatakan bahwa ia akan membubarkan partainya bila ada kadernya korupsi.
Kalau Partai Nasdem benar-benar serius dengan kata-kata, maka seharusnya Partai Nasdem sekarang sudah bubar.
Sangat beruntung masyarakat kita adalah masyarakat yang dewasa, masyarakat yang matang. Masyarakat tidak mendesak Partai Nasdem bubar karena tidak menilai Nasdem dari satu-dua perkataan saja.
Surya Paloh punya ribuan kata-kata lain yang bisa menginspirasi rakyat. Tidak perlulah lantaran satu dua kata saja mesti membikin dia gulung tikar.
Bangsa kita membutuhkan contoh dan idola untuk menginspirasi kehidupan mereka.
Kita berharap politisi dan partai politik kita menjadi suri tauladan tentang bagaimana bertingkah-laku dewasa dan matang bertindak. Rakyat tidak butuh kegaduhan lantaran perselisihan satu-dua kata.
Curahkan energi untuk hal yang benar-benar bermanfaat. Misalnya membuktikan bahwa Mendag benar-benar telah melakukan impor secara ugal-ugalan. Kalau benar, hendaknya partai politiknya tidak ragu menegur dan meluruskan. Bukankah begitu seharusnya?
Oleh : Radhar Tribaskoro
(Ketua Forum Aktivis Bandung)