Oleh: Gede Sandra
Dalam sebuah film pendek berbahasa Inggris yang mengaku bersumber dari data publikasi Price Waterhouse Coopers (PwC) disebutkan, bahwa pada tahun 2050 ekonomi Indonesia akan menjadi yang terbesar ke-4 di Dunia. Dirinci di film tersebut, GDP (Gross Domestic Product) Indonesia akan sebesar USD 7,3 triliun.
Dari 10 negara ekonomi terbesar Dunia yang diproyeksikan tahun 2050, peringkat ke-10 adalah Rusia dengan besar GDP USD 5,1 triliun dan peringkat ke-1 adalah China dengan besar GDP USD 50 triliun. Sementara Amerika Serikat, yang merupakan perekonomian terbesar saat ini, harus rela turun peringkat ke-2 Dunia pada tahun 2050 dengan besar GDP USD 34 triliun.
Kemudian kami coba dapatkan versi asli laporan resmi PwC (sumber: https://www.pwc.com/gx/en/issues/the-economy/assets/pwc-world-in-2050-key-projections.xlsx). Ternyata angka-angka yang terdapat di laporan PwC tidak persis sama dengan angka-angka yang diklaim oleh film pendek berbahasa Inggris yang mengklaim datanya bersumber dari PwC tersebut.
Misalnya, dikatakan di film pendek tersebut, pada tahun 2050 besar GDP Indonesia akan mencapai USD 7,3 triliun. Ternyata, dalam proyeksi versi PwC (Februari 2015) pada tahun 2050 besar GDP riil Indonesia, berdasarkan PPP (Purchasing Power Parity), adalah sebesar USD 12,2 triliun. Pada proyeksi PwC yang sama, bila tidak berdasarkan PPP, tapi berdasarkan MER (market exchange rate), GDP riil Indonesia tahun 2050 akan sebesar USD 8,7 triliun.
Entah data mana yang dirujuk, karena baik mengunakan dasar PPP atau MER, di proyeksi PwC tidak ada angka besar GDP riil Indonesia pada 2050 sebesar USD 7,3 triliun. Tapi mungkin maksudnya versi film adalah GDP riil yang berdasar MER, bukan PPP, karena selisihnya lebih dekat (USD 7,3 triliun dan USD 8,7 triliun).
Kami mencoba move on, tidak mempemasalahkan perbedaan proyeksi angka besaran GDP riil Indonesia di 2050 antara film pendek dengan PwC. Tapi kami akan mencoba memeriksa, berapa besar growth GDP riil rata-rata setiap tahun yang diperlukan untuk mendapatkan besar GDP riil (berdasar MER) sebesar USD 7,3 triliun (versi film pendek) atau USD 8,7 triliun (versi PwC) di 2050. Dengan menggunakan kurs tetap tahun 2017 Rp 13.500/USD dan besaran GDP (dalam Rp) tahun 2017 sebesar Rp 13.588 ribu triliun (USD 1 triliun).
Hasilnya, bila kami asumsikan growth GDP riil tahun 2017 hingga 2050 adalah rata-rata sebesar 5%, maka GDP riil Indonesia di tahun 2050 akan sebesar USD 5,04 triliun.
Berdasarkan pemeringkatan di film pendek di atas, maka tahun 2050 Indonesia tidak masuk 10 besar ekonomi terbesar di Dunia, karena lebih kecil dari Rusia (peringkat ke-10) yang besaran GDP-nya USD 5,1 triliun.
Berdasarkan pemeringkatan PwC (versi MER), maka tahun 2050 Indonesia juga tidak masuk 10 besar ekonomi terbesar ke Dunia, karena lebih kecil dari Perancis (peringkat ke-10) yang besaran GDP-nya USD 5,2 triliun.
Lalu, bila GDP riil growth rata-rata 5% ternyata tidak cukup membawa Indonesia masuk ke 10 besar ekonomi Dunia, berapa GDP riil growth rata-rata pertahun yang kita untuk masuk ke peringkat 4 ekonomi Dunia berdasar versi film pendek maupun PwC? Berdasarkan versi film pendek, untuk menduduki peringkat ke-4 Dunia dengan GDP sebesar USD 7,3 triliun, maka GDP growth rata-rata 2017-2050 harus sebesar 6,3% pertahun. Sementara berdasarkan PwC, untuk menduduki peringkat ke-4 Dunia dengan GDP sebesar USD 8,7 triliun, maka kami hitung GDP growth rata-rata 2017-2050 harus sebesar 6,6% pertahun.
Bukan juga GDP growth rata-rata 4,4% seperti proyeksi PwC. Karena bila hanya mengandalkan GDP growth rata-rata 4,4% pertahun, maka menurut perhitungan kami di tahun 2050 GDP Indonesia hanya sebesar USD 4,1 triliun, atau hanya di peringkat ke-14 versi PwC. Sangat jauh kesalahan perhitungan PwC, lebih dari separuhnya, dari proyeksi GDP sebesar USD 8,7 triliun.
Artinya, dapat kami ambil dua kesimpulan: 1) ekonomi Indonesia tahun 2050 terbesar ke-4 Dunia hanya mitos, bila GDP growth rata-rata hanya di kisaran 5% pertahun! ; 2) Proyeksi PwC bahwa dengan growth 4,4% akan didapatkan GDP riil sebesar USD 8,7 triliun adalah salah perhitungan.
Tetapi, biarpun terjadi salah perhitungan dalam proyeksi PwC, kita tidak dapat mempersalahkan atau menggugat PwC. Karena dengan sangat jelas, dalam bagian “Disclaimer” (yang biasanya jarang medapat perhatian dari pembaca) di publikasi proyeksi PwC tersebut, dengan jelas dikatakan publikasi ini hanya panduan umum, tidak terdiri dari saran profesional. PwC sangat tidak menyarankan publikasi ini dipergunakan oleh siapapun tanpa sebelumnya mendapat saran profesional yang spesifik. PwC juga tidak memberikan garansi apapun atas keakuratan publikasi ini. Secara sederhana: PwC tidak bertanggung jawab atas proyeksi ini bila ternyata tidak akurat atau terjadi salah perhitungan.
Sayangnya, mitos (bahwa pada tahun 2050 GDP Indonesia akan terbesar ke-4 Dunia) yang lahir dari publikasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara profesi ini ternyata sudah terlanjur dikampanyekan berkali-kali oleh para pejabat kita, termasuk oleh Presiden Jokowi.
Karenanya, agar tidak menjadi mitos belaka cita-cita 2050 ekonomi Indonesiaperingkat ke-4 Dunia, maka menjadi tugas pemerintahan pasca Jokowi lah yang harus mengejar GDP growth yang tinggi- setidaknya hingga rata-rata 7-9% selama lima tahun, untuk mengimpasi rata-rata GDP growth era Jokowi yang hanya 5%