Oleh: Agusto Sulistio (Mantan Ketua Aksi dan Advokasi PIJAR Semarang, Pendiri The Activist Cyber)
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri memiliki peran penting dalam menentukan calon-calon pemimpin yang akan diusung oleh partainya dalam Pemilu Presiden 2024. Sikap diamnya dalam mencari kader pemimpin Indonesia kedepan dapat memiliki banyak makna.
Dalam konteks politik, sikap diam Megawati Soekarnoputri dapar dimaknai sebagai strategi politik untuk memperkuat posisi partainya dalam persaingan politik menjelang Pemilu Presiden 2024.
Disisi lain sikap diam Megawati Soekarnoputri dapat dimaknai sebagai ketidakpastian dalam menentukan calon-calon pemimpin yang akan diusung oleh partainya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan dinamika politik yang terjadi di tengah masyarakat atau adanya kendala internal partai yang sedang dihadapi.
Meskipun demikian, sebagai pemimpin politik yang berpengaruh di Indonesia, Megawati Soekarnoputri tentu memiliki pertimbangan dan strategi tersendiri dalam mencari kader pemimpin Indonesia kedepan. Harapannya, PDIP dapat menentukan kader-kader terbaik yang mampu memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik dan sejahtera di masa depan.
Sikap politik Megawati saat ini masih menjadi barometer perpolitikan Indonesia khususnya jelang Pilpres 2024, tak lepas dari partai yang ia pimpin yakni PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Maka tak heran para kandidat capres cawapres memiliki harapan mendapat dukungan PDIP.
Sikap diamnya Megawati bisa saja dikatakan tidak sesuai dengan capaian perolehan suara Partainya. PDIP telah membuktikan sebagai pemenang pemilu legislatif 2019 dengan perolehan suara terbanyak 27,07% suara nasional atau sebanyak 19.394.364 suara dengan meraih 128 kursi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) RI (Republik Indonesia), menjadi partai dengan jumlah kursi terbanyak di parlemen.
Biasanya pemenang pemilu dibanyak negara bersikap politik berlebihan jelang Pilpres. Berbeda dengan sikap Megawati dan Partainya saat ini jelang pilpres 2024.
Hal itu dapat dicatat, bahwa sikap diam Megawati merupakan sikap yang dapat dijadikan tauladan. Meski sebagai pemenang pemilu 2019, Megawati tak jumawa dalam konteks pilpres 2024, dirinya tak kedepankan keinginan pribadinya. Faktanya Megawati dengan partainya bersikap diam dan tenang, tidak grusa-grusu dalam menentukan sosok capres dan cawapres jelang pilpres.2024.
Apalagi PDIP bersama partai koalisinya telah berhasil memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari PDIP, yaitu Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, untuk periode kedua 2019 – 2024 dengan memperoleh 55,5% suara atau sebanyak 85.607.362 suara, tak membuat sikapnya menjadi berlebihan terkait sosok kandidat capres cawapres.
Malah bisa jadi jelang pilpres 2024 ini sikap diamnya Megawati, penulis berkesimpulan dijadikan sebagai evaluasi dan konsolidasi internal maupun eksternal partai. PDIP mungkin telah menyadari keadaan ekonomi Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo tidak mengalami perubahan seperti apa yang telah dijanjikan dalam kampanye capres-cawapres Jokowi – Maruf Amin hingga pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019 – 2024.
Dari berbagai statemen resmi yang disampaikan melalui Sekjend PDIP, jelas nampak bahwa PDIP tengah berjuang menjaga konstitusi, yakni agenda Pemilu dan masa jabatan Presiden tetap sesuai jadwal yang telah disepakati dan dituangkan dalam Konstitusi Negara RI. Tak ada satupun sinyal yang mengarah kepada soal calon presiden harus diberikan kepada Puan Maharani.
Statemen PDIP lainnya yang resmi disampaikan oleh Hasto selaku Sekjen PDIP nampak adanya sinyal PDIP membuka ruang kepada pihak lain diluar Puan Maharani. Hal inilah fakta bahwa PDIP lebih mengedepankan kepentingan masa depan Bangsa dan Negara.
Disisi lain PDIP mencermati betul keadaan saat ini dan tantangan global kedepan akan terfokus pada sektor ekonomi disamping soal pertahanan keamanan, iklim, dll.
Presiden Jokowi diberbagai forum pun menyebut bahwa kreteria pemimpin Indonesia kedepan, salah satu utamanya harus menguasai dan berpengalaman dalam mengurus dan mengatasi persoalan ekonomi.
*Tantangan Ekonomi Kedepan*
Dari berbagai keadaan yang telah dialami negara kita dapat disimluljan beberapa tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia ke depan.
1. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan: Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan ekonominya secara inklusif dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan memberikan akses pendidikan yang lebih baik. Selain itu, Indonesia juga perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
2. Ketergantungan pada impor: Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor, terutama untuk barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri. Ini akan membantu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global dan memperkuat ekonomi domestik.
3. Kesenjangan sosial: Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam kesenjangan sosial antara kaya dan miskin, terutama di daerah-daerah yang terpencil. Indonesia perlu memperkuat program-program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial ini dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang.
4. Perubahan iklim: Indonesia perlu memperkuat upayanya dalam menghadapi perubahan iklim, terutama dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan upaya konservasi hutan yang menjadi sumber oksigen dunia.
5. Terorisme dan radikalisme: Indonesia masih menjadi target serangan teroris dan radikalisme, dan perlu memperkuat keamanannya untuk melindungi masyarakatnya dari ancaman tersebut. Selain itu, Indonesia perlu meningkatkan upaya untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme melalui pendidikan dan pembangunan sosial.
Perjalanan Indonesia setelah reformasi Indonesia tahun 1998 telah melewati berbagai situasi ekonomi nasional. Sehingga keadaan ekonomi rakyat menjadi semakin sulit akibat krisis ekonomi yang disebabkan oleh politik dll.
Saat itu keadaan ekonomi dapat teratasi oleh pemerintah melalui para ahli ekonomi yang bersinergi dengan berbagai bidang lainnya.
Catatan perjalan ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai krisis, antara lain telah dilakukan oleh Dr. Rizal Ramli seorang ekonom Indonesia yang dipercaya oleh pemerintahan Indonesia sebelumnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia pada tahun 1999 hingga 2000, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada tahun 2016 hingga 2017.
Selama menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Rizal Ramli berhasil mengatasi krisis ekonomi yang terjadi pada masa itu. Ia berhasil mengurangi inflasi dari sekitar 20% menjadi di bawah 5%, serta berhasil mempertahankan kurs rupiah di tengah tekanan ekonomi global yang sulit. Selain itu ia juga berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang pro-poor dan pro-growth, seperti mengurangi biaya impor dan meningkatkan investasi domestik dan asing. Memudian ia pun juga mendorong pembangunan infrastruktur yang menjadi kunci untuk meningkatkan konektivitas dan produktivitas ekonomi Indonesia.
Meskipun setiap kepala pemerintahan atau menteri yang pernah menjabat memiliki catatan dan pendapat yang berbeda-beda mengenai keberhasilannya dalam mengatasi masalah ekonomi, namun kinerja dan kontribusinya sebagai ekonom Indonesia patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda dalam membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.