“Walau begitu, kita jangan patah arang untuk menghadapi badai krisis ini. Selama kita solid dan saling membantu antarsesama, badai itu dapat kita lalui,” imbuhnya.
Untuk itu, lanjut pria yang karib disapa Bowo ini, bulan Ramadhan yang suci ini bisa menjadi momentum untuk berbagi antarsesama, guna meringankan beban saudara kita yang nasibnya belum beruntung agar merasakan suka cita di lebaran ini.
“Dana yang terkumpul dari hasil sumbangan kawan-kawan dan sahabat PWJ kita salurkan ke adik-adik yatim dan kaum dhuafa agar mereka bisa merayakan lebaran dengan penuh bahagia dan suka cita di tengah ekonomi yang begitu sulit seperti sekarang ini,” tutur Bowo.
Dalam kesempatan buka bersama ini, tokoh nasional, DR Rizal Ramli, berbagi kisah hidupnya yang getir di masa kecil. Rizal Ramli sudah menjadi yatim piatu pada usia 8 tahun. Meski begitu, mantan Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu tak mau larut dalam kesedihan.
“Ibu saya meninggal saat saya usia 6 tahun. Kemudian, ayah saya berpulang ke pangkuan Ilahi saat saya berusia 8 tahun. Jujur, saya sedih sekali. Tapi, saya tidak putus harapan. Saya mulai rajin membaca dan bekerja keras, karena saya yakin, dengan begitu niscaya saya bisa sukses,” tutur Dewan Pembina PWJ itu.
Memang, diakui Rizal Ramli, tidak sedikit orang yang mengolok-olok dirinya saat kecil, lantaran pakaian yang dikenakannya selalu lusuh. Walau demikian, ia menganggap ejekan itu adalah motivasi.
“Sering diejek itu biasa. Kita harus kuat menatap masa depan,” ungkap Rizal Ramli.
Mantan anggota Tim Panel Ekonomi PBB bersama peraih Nobel itu kemudian memberikan rumus kesuksesan yang harus dikuasai oleh anak-anak saat ini. Yaitu dengan menerapkan 5G.