KONFRONTASI.COM didirikan oleh mantan aktivis ITB, UI, UGM, ITS, IPB, UNPAD, UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UMY, UNAIR, Trisakti, Paramadina, STF Driyarkara, serta Kelompok Cipayung dan kaum pergerakan lainnya sebagai media rakyat untuk perubahan guna menyuarakan aspirasi publik dan kaum tertindas serta menjaga keutuhan negara dan konstitusi 1945.
Berpengaruh sejak zaman Orde Baru (Orba) Pak Harto, tetapi mereka tidak bisa “ngatur-ngatur kebijakan” pada zaman Pak Harto, maupun era Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY.
Demikian pandangan analis Umar Hamdani MA dan peneliti ekonomi politik F Reinhard MA di Jakarta Jumat ini.
Hanya pada era Jokowi, mereka bisa “ngatur-ngatur kebijakan” ekonomi yang sangat menguntungkan mereka sendiri. Dan konon, kini Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) akan dijadikan ‘’boneka oligarki modal’’ pasca Jokowi nanti, dan itu jelas kejahatan politik oleh oligarki modal yang pasti ditentang, ditolak dan dilawan oleh masyarakat yang lima tahun ini sangat menderita.
Para analis dan akademisi melihat, jika Jokowi berakhir, mereka perlu ‘boneka baru’ semacam Ganjar Pranowo yang juga bisa diatur-atur.
‘’ Para akademisi dan analis menolak kepemimpinan Boneka lemah, tidak cerdas, yang modalnya hanya pecitraan. Boneka baru itu akan membuat rakyat semakin miskin, tapi oligarki akan semakin kaya dan juga atur politik Indonesia,’’ demikian pandangan Umar Hamdani MA, alumbus UIN Jakarta dan STF Driyarkara, seoraang peneliti dan kyai muda nahdliyin yang perduli nasib bangsa dan negara.
‘’Itu sangat berbahaya bagi masa kini dan masa depan bangsa dan negara,’’ tegas Umar.
Gubernur NTB Zulkiflimansyah PhD dalam dialog dengan Indosatunews.id dan Bursah Interaktif menegaskan, bahwa Indonesia butuh kepemimpinan yang kredibel, punya integritas dan visioner, sebab sangat bahaya kalau dikuasai pemimpin yang tak punya kapasitas dan hanya andalkan pencitraan dengan dukungan modal. Terbukti, Indonesia makin terpuruk dan ekonomi rakyatnya makin ambruk.