Oleh : Elias Sumardi Dabur (Sahabat Almarhum Wempy Hadir)
Saat membuka Facebook tadi malam (23/7/2021), saya sempat tidak percaya status salah satu teman facebooker. Berhubung, akun facebook yang saya buka itu akun kedua yang mana tidak banyak adanya mutual friend dengan Wempy, saya ganti ke akun yang satunya. Di sana sudah mengalir ucapan duka dengan berbagai ekspresi.
Namun, untuk lebih memastikan, saya telpon Saudara Edu Lemanto (Mahasiswa doktoral di Rusia), sahabat-keluarga yang selalu bersama Wempy. Edu menerima telpon sambil menangis sesunggukan. Wah, berita ini benar adanya. Saya menulis ucapan turut berduka dan tengah malam membagikan status lama Wempy yang tag ke akun saya.
Namun, saya merasa status itu belum cukup. Saya mencari sisi lain dari perjalanan hidup Wempy yang mempunyai nilai edukasi, motivasi, inspirasi. Tujuannya adalah menemukan nilai yang bisa dibagi terutama kepada teman-teman muda.
Pribadi Rendah Hati
Dalam mengenang Dindo Wempy, sapaan baru yang kami gunakan sejak Pilkada 2020 tatkala kami bertemu dengan sahabat saya Bung Apri Sinaga dari DPD PDI Perjuangan Sumatra Selatan bersama Wakil Bupati Pali, satu kualitas unggul yang menonjol dari Dindo Wempy ini adalah kerendahan hatinya.
Awalnya, saya mengira itu tampilan palsu, basa-basi bertemu, berinteraksi dengan saya, salah satu senior aktivis. Rupanya, saya salah. Sejak mengenal Wempy saat dia masih menjadi Pengurus Pusat GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) sampai perjumpaan terakhir di Mall Living World, Alam Sutera, Tangerang pada sekitar bulan Mei 2021, kesan rendah hati itu tidak berubah. Ia tetap pribadi yang sederhana, rendah hati, dan sangat sopan.
Sikap rendah hati itu tampak dalam aktivitas Wempy selama ini. Di satu sisi, ia elite dari sebuah organisasi kemahasiswaan nasional GMNI; tapi di sisi lain, ia membaur, menyatu, berjuang bersama entah di Formada NTT (Forum Mahasiswa_pemuda NTT) Jakarta atau kegiatan kerohanian-kedaerahan Manggarai diaspora di Jakarta.
Begitu pun, ketika Wempy sudah bekerja penuh waktu di lembaga survey, Wempy aktif pula di Vox Point Indonesia, wadah khusus untuk pendidikan kader-kader katolik yang siap tempur dalam kerasulan sosial politik. Sesuai taglinenya, Vox Point Indonesia berkarya untuk mengembangkan nilai- nilai kebangsaan.
Kualitas diri Wempy yang sangat humble, rendah hati ini membuat dia luwes bergaul, disenangi dan bisa diterima di komunitas manapun maupun pribadi tokoh-tokoh politik.
Driver Mentality
Sisi lain dari Wempy yang saya apresiasi adalah driver mentalitynya. Ia lahir, sekolah, kuliah di daerah, tepatnya di Universitas Flores, Ende, Nusa Tenggara Timur, tapi ia tidak merasa kecil, minder atau terperangkap dalam nama kampus yang tentu tidak sementereng kampus UI, UGM, ITB, UNAIR, dan kampus swasta tersohor lainnya di Jawa.
Saat kuliah, ia tidak hanya kuliah, kost dan warung makan atau masak sendiri; tapi aktif di organisasi kemahasiswaan yang berskala nasional, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ende.
Pergulatan hidupnya tidak berhenti di situ. Ia lalu merantau ke Jakarta. Di Jakarta, dindo Wempy tidak langsung menjadi pengurus pusat GMNI. Tahun 2011, ia baru menjadi salah satu presidium PP GMNI.
Usai dari GMNI, Wempy aktif di lembaga survey, kemudian menjadi direktur Indopolling Network dan mengambil kuliah pascasarjana Ilmu Politik di Universitas Nasional. Saat ini sudah masuk pada tahap penulisan tesis untuk meraih magister.
Pekerjaan yang ditopang pula dengan studi ilmu politik ini memungkinkan dia bersentuhan dengan politik, aktor-aktor politik pusat dan daerah, sudah mulai tampil di televisi memaparkan hasil survey maupun prediksi kemenangan kontestan yang maju Pilkada.
Selama masa pandemi Covid-19 ini, aktivitas Wempy terus berjalan. Ia masih sering muncul entah sebagai pembicara atau tampil sebagai moderator webinar yang secara rutin diadakan oleh Para Syndicate, sebuah lembaga kajian kebijakan (policy studies) independen, kelanjutan dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) yang didirikan oleh Yayasan Cah Angon (Cah Angon Foundation). Pendirian lembaga ini digagas oleh Sukardi Rinakit sebagai ikhtiar bersama meneruskan cita-cita dan gagasan para Pendiri Republik.
Dari gambaran singkat ini, Saya menilai Wempy termasuk orang muda yang tidak merasa kecil dari mana ia datang dan dibentuk. Ia sepenuhnya menjadi mandataris kehidupannya sendiri, ia menjadi pengemudi (driver) bagi hidupnya.
Wempy ini termasuk anak muda yang memiliki self-determination yang tinggi, dia tahu gambaran besar hidup yang ingin ditujuinya, ia tahu peta jalannya, ia menjalankannya setapak demi setapak .
Dengan kata lain, sesuatu yang ada pada diri Wempy, itulah kendaraannya. Ia telah menjelma menjadi kekuatan mencipta, berkarya, berprestasi atau berkreasi.
Sayang sekali, di saat Wempy sudah mulai menemukan jalannya dan penuh semangat menjalaninya, ia harus pergi. Walau demikian, masa singkat hidup Wempy di dunia fana ini telah memberikan sesuatu kepada dunia, dirinya, keluarga, sahabat-sahabatnya dan sebagaimana nama akhir Wempy, yakni “ Hadir”, kenangan akan dirinya terus hadir. Life goes by, but all memories still remain. Selamat jalan Dindo Wempy.