ESENSINEWS.com – Kelompok usia 50 tahun ke atas diprediksi akan menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak Covid-19, di tengah gelombang mudik Idul Fitri, yang oleh pemerintah disebut mungkin akan dilakukan oleh sekitar 18 juta orang.
Mudik resmi dilarang per 6 Mei, tapi banyak warga yang sudah kembali ke kampung halaman mereka sebelum aturan resmi berlaku.
Sekitar 85% orang yang meninggal akibat Covid-19 berusia di atas 47 tahun, menurut data Satgas Covid-19.
Sebagian besar dari kelompok itu juga belum divaksinasi, hal yang dapat membuat keselamatan mereka terancam.
Anak dari Halimatuh, 65, yang tinggal di Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah salah satu dari warga yang kembali ke kampung halaman sebelum larangan mudik resmi berlaku Kamis (06/05).
Putranya, Rudi, 33, mudik dari Bengkulu bersama keluarganya setelah tiga tahun belakangan tidak mudik.
Halimatuh mengatakan senang anaknya pulang, meski juga merasa khawatir. Ia sendiri belum divaksinasi karena mengaku belum mendapat pemberitahuan dari pejabat kelurahan setempat.
“Ibu senang kalau anak pulang. Ini kan sudah tiga tahun dia nggak balik… Karena walaupun pandemi, pandemi, pandemi, cuma kita kan ikut aturan.
“Kita antisipasi supaya nggak terkena. Kita ikuti anjuran pemerintah. Kita siap siaga,” ujar Halimatuh pada Dedi Hermawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Sementara itu, putranya, Rudi, mengatakan selalu menjaga protokol kesehatan, seperti dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, agar tidak membahayakan keluarganya di rumah.
Di Solo, Sugiyem, 50, mengatakan tak begitu khawatir dengan kepulangan anaknya di masa mudik ini.
“Ya nggak begitu khawatir karena anak saya sudah divaksin di pabrik [tempatnya kerja]. Tapi nanti ketika sampai di ruma ya tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak untuk lebih berhati-hati,” kata Sugiyem, seperti dilaporkan wartawan Fajar Sodiq pada BBC News Indonesia.
“Kalau dia belum divaksin, saya akan menolak anak saya pulang,” tambahnya.
Sugiyem sendiri belum divaksin karena tak masuk kelompok prioritas vaksinasi.
Sekitar 85% penderita Covid usia lanjut meninggal
Meski mereka yang mudik mengaku telah melakukan protokol kesehatan, potensi lonjakan Covid-19 diperkirakan tinggi setelah masa lebaran, kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Dalam diskusi yang digelar Rabu (05/05) kemarin, Doni, memberi contoh kenaikan angka kasus kematian setelah masa liburan, yakni mencapai lebih dari 205 kasus per hari di awal Januari lalu.
Kelompok yang paling rentan adalah lansia, kata Doni.
“Apalagi yang usianya di atas 60 tahun dan punya komorbid. Presentasi kematian yang terpapar Covid, lantas meninggal dunia, [sebanyak] 85% [berusia] di atas 47 tahun,” kata Doni.
Dicky Budiman, pakar epidemiologi dari Griffith University, Australia, mengatakan hal senada.
Ia melihat ada potensi ledakan kasus dengan orang-orang di atas 50 tahun sebagai kelompok paling berisiko menderita sakit parah lalu mengalami kematian.
Hal itu bisa terjadi, kata Dicky, salah satunya karena sejumlah varian baru virus yang sudah ditemukan di Indonesia.
Ditambah lagi, kata Dicky, banyak dari mereka belum divaksin.
“Data memang di 47 ke atas (berisiko), tapi setidaknya 50 tahun ke atas kita kejar dalam dua bulan ini, kalau bisa, untuk diproteksi dengan vaksinasi karena mereka yang berkontribusi untuk kesakitan dan kematian.
“Mereka yang nanti berkontribusi pada ledakan, yang kelompok ini yang akan sangat banyak. Kalau bicara angka kesakitan dan kematiannya, ini yang harus segera diantisipasi,” kata Dicky.
Saat ini mereka yang berusia di atas 60 tahun termasuk dalam kelompok prioritas vaksinasi. Namun capaian vaksinasi pertama kelompok ini baru mencapai sekitar 12%, menurut data Kementerian Kesehatan.
Sementara, kelompok di usia 50 tahun belum masuk prioritas vaksin.
Siti Nadia Tarmizi, selaku juru bicara vaksinasi Covid-19, mengatakan kelompok itu baru akan divaksin di bulan Juli, bersama masyarakat umum lainnya.
Namun, meski banyak lansia yang belum menerima vaksinasi, sejumlah orang yang masuk kategori ‘pelayan publik’ sudah menerima vaksin, yakni sebanyak 50,25% untuk vaksinasi tahap pertama.
Yang masuk kelompok ini di antaranya adalah pegawai negeri sipil, jurnalis, hingga pedagang.
Namun, belakangan, pemberian vaksinasi juga meluas hingga ke keluarga anggota DPR, tersangka kasus korupsi, hingga seniman dan budayawan di Jakarta.
Pemberian vaksinasi pada kelompok di luar sasaran utama ini dikritisi oleh Dicky.
“Ini ada godaan dalam perjalanan yang tidak bisa dihindari oleh pemerintah, tapi ini berbahaya sekali karena artinya kelompok lansia menjadi kelompok yang sangat tertinggal. Belum lagi kita harus menambah usia 50 tahunan ini.
“Kita harus prioritaskan proteksi kelompok rawan…kita harus refocusing target dari vaksinasi kita,” ujarnya.
Terkait mudik, Dicky Budiman, mengatakan yang kini bisa dilakukan daerah tujuan mudik adalah mengefektifkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM berbasis mikro.
Pihak berwenang di daerah tujuan mudik, kata Dicky, perlu melakukan pengetesan, penelusuran kasus, hingga isolasi warga yang positif.
Sementara itu, Doni Monardo kembali mewanti-wanti warga untuk tidak mudik.
Dalam diskusi yang sama Rabu (05/05), Komjen Pol. Arief Sulistyanto, Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri, mengatakan jumlah titik penyekatan akan ditambah demi mencegah warga mudik.
Sumber : BBC Indonesia