ESENSINEWS.com – Banyak pendapat terkait asal usul nenek moyang bangsa Indoesia dari para ahli sejarah.
Pendapat yang dianggap memiliki bukti dan dasar pemikiran paling kuat berasal dari sejarawan asal Austria yaitu Robert Von Heine-Geldern.
Migrasi Austronesia
Mengutip Kemdikbud RI, Von Heine-Geldern mengemukakan argumen bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tengah.
Menurutnya, sejak zaman batu Neolitikum hingga zaman Perunggu (2000 – 500 SM) telah terjadi migrasi penduduk purba dari wilayah Yunan (China Selatan) ke daerah-daerah di Asia bagian selatan termasuk kepulauan di nusantara.
Perpindahan ini terjadi secara besar-besaran, diperkirakan karena adanya suatu bencana alam hebat atau adanya perang antarsuku bangsa.
Geldern menamakan daerah kepulauan di Asia bagian selatan ini dengan sebutan Austronesia yang berarti pulau selatan. Austronesia terdiri dari kata Austro (selatan) dan Nesos (pulau).
Austronesia sendiri mencakup wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pulau di Malagasi atau Madagaskar (sebelah Sealtan) hingga Pulau Paskah (sebelah Timur) dan dari Taiwan (sebelah utara) hingga Selandia Baru (sebelah selatan).
Pendapat Geldern ini dilatarbelakangi oleh penemuan banyak peralatan manusia purba masa lampau berupa batu beliung berbentuk persegi di seluruh wilayah Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Peralatan manusia purba ini sama persis dengan peralatan manusia purba di wilayah Asia lain seperti Myanmar, Vietnam, Malaysia dan Kamboja, terutama di sekitar wilayah Yunan.
Pendapat Geldern didukung hasil penelitian Dr H Kern di 1899 yang membahas seputar 113 bahasa daerah di Indonesia. Kern menyimpulkan semua bahasa daerah bersumber pada satu rumpun bahasa yaitu bahasa Austronesia.
Menurut Geldern, migrasi manusia purba dari daratan Yunan tidak terjadi hanya sekali saja. Gelombang migrasi juga terjadi pada zaman Perunggu (400-300 SM).
Orang-orang purba yang bermigrasi itu membawa bentuk-bentuk kebduayaan Perunggu seperti kapak sepatu dan nekara yang berasal dari dataran Dong Son.
Perahu Bercadik
Berdasarkan bukti sejarah, untuk menyeberangi lautan dari daratan Asia Tenggara seperti Malaysia dan sekitarnya, nenek moyang bangsa Indonesia melakukan secara berkelompok dan menggunakan alat transportasi berupa perahu bercadik.
Perahu bercadik adalah perahu yang memiliki tangkai kayu di kedua sisi sebagai alat penyeimbang. Perahu ini digunakan sebagai alat transportasi untuk mengarungi lautan menuju kepulauan Indonesia dan pulau-pulau lain di Austronesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan pelaut-pelaut berjiwa pemberan. Setelah melalui perjalanan dengan penuh rintangan, nenek moyang bangsa Indonesia sampai ke beberapa pulau di nusantara.
Kemudian nenek moyang bangsa Indonesia dengan sebutan Melayu Indonesia.
Sumber : Kompas.com