ESENSINEWS.com – Bergumul melawan dingin, puluhan pencari suaka yang dipaksa kembali ke Meksiko oleh Amerika hari Jumat (3/1/2020) mencoba mendapatkan dukungan, tidak tahu bagaimana akan menempuh perjalanan lebih dari 560 kilometer ke jadwal sidang pengadilan mereka di El Paso, Texas, setelah bertahan berbulan-bulan di kota perbatasan yang asing itu, atau pulang ke tanah air yang jauh.
Hari Kamis (02/1/2020), pemerintah Amerika memperluas apa yang disebut program “Tetap di Meksiko” ke perbatasan antara El Paso dan kota saudaranya, Nogales, Arizona. Sekitar 30 migran, umumnya dari Amerika Tengah, dikembalikan hari Kamis dan sekitar 45 lainnya dikirim hari Jumat.
Para migran mengatakan belum tahu cara mengumpulkan uang untuk meninggalkan Nogales.
Amerika mengirim sekitar 56 ribu pencari suaka kembali ke Meksiko untuk menunggu kasus mereka sampai November, menurut Syracuse Transactional Records Access Clearinghouse.
Itu menyebabkan pencari suaka menunggu di kota-kota perbatasan, banyak dari mereka menjadi korban kejahatan yang merajalela, supaya migran tidak bertahan. Sebelumnya banyak dari mereka dibebaskan dengan gelang pemantau sementara menunggu kasus mereka di Amerika.
Laporan kelompok independen Human Rights First, yang dirilis Desember, mencatat setidaknya 636 laporan publik tentang kekerasan terhadap pencari suaka yang kembali ke Meksiko termasuk pemerkosaan, penculikan dan penyiksaan. Kelompok itu mengatakan, itu kenaikan tajam sejak Oktober, dengan 343 serangan, dan menyatakan angka itu belum mencakup semua karena sebagian besar korban kejahatan tidak melapor.
Sumber : VOAIndonesia