Tahun 2010 saya sempat terkejut ketika teman di Eropa berkata bahwa jalur sutra ke Eropa telah ditembus oleh China dengan usainya proses pengambil alihan Pelabuhan Laut ( Yunani ) Pier Two oleh Cosco ( BUMN china dibidang pelayaran ) dan Jalur kereta Beijing- Polandia yang melintasi iran sudah rampung. Jalur kereta Beijing Turkey sedang dalam proses. Jalur kereta Iran–China- Pakistan sebentar lagi rampung. Jalur kereta China- Vietnam Thailand, Malaysia- Singapore sudah rampung. Memang cara pendekatan china untuk menguasai kawasan tidak sama seperti AS yang menggunakan kekuatan lembaga Multilateral seperti IMF, World Bank. China, melalui kekuatan BUMN nya dibidang Energy, Kontruksi, Mining, Tekhnology dll, terlibat aktif dalam program pembangunan diwilayah strategis. Artinya kebijakan atas dasar business to business ( B2B).
Seperti halnya tekad China untuk menguasai jalur logistik Migas di wilayah Laut China selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga ke Teluk Arab. Ini meliputi rangkaian wilayah di sepanjang garis lepas pantai dan pada pelabuhan-pelabuhan strategis yang terletak mulai dari Pakistan , Sri Lanka , Bangladesh Burma, Kamboja dan Thailand (Kra Istmus). Di wilayah ini kepentingan china akan keamanan jalur pelabuhan laut , jalur pipa minyak dan sumber minyak harus dikelola dengan baik. Makanya bantuan economy dan militer mengalir deras ke rezim yang berkuasa lewat kuridor CAFTA ( China-ASEAN Free Trade Area) , IndoPacific.
Bagaimana dengan Afrika ? tanya saya. Teman saya menegaskan bahwa hubungan China dengan Afrika sudah terjalin lama sejak tahun 1950. Di Sudan, China mengontrol sebagian besar ladang MIGAS lewat, CNPC (China National Petroleum Corporation). Begitupala di Uganda, Nigeria dan setiap tahun hubungan ini terus meningkat. Kemudian hubungan ekonomi ini ditingkatkan secara regional dengan adanya Strategic Partnership antara China dan Afrika dalam Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC).
China masuk ke Timur Tengah pada momen yang tepat, di saat negara Timur Tengah kesulitan dana untuk mendiversifikasi ekonominya dengan mengurangi ketergantungan akan hidrokarbon. China datang menawarkan program OBOR. Kerjasama China dengan Mesir, Arab Saudi, Oman, Qatar dan sebelumnya sudah lengket dengan Iran, dan Irak, bertujuan merestruktur ekonomi negara tersebut, yang disambut dengan baik. Di saat AS memporak porandakan persatuan Arab, China berusaha memperbaikinya, dan China memenangkan hati negara Timur Tengah. Bahkan upaya China membangun kembali Suriah dari puing kehancuran, mendapat simpati negara Timur Tengah
Bagaimana dengan Asia Tengah ? tanya saya. Bagi China, Asia Tengah merupakan connecting door antara Eastern dan Western. Wilayah ini berbatasan langsung dengan China di sebelah barat ( Xinjiang ). Untuk menciptakan stabilitas diwilayah Xinjiang yang penduduknya mayoritas islam maka Pemerintah China mengedalikan otonomi Khusus provinsi Xinjiang ( SAR – Special Auhtority Region ) di bawah program deradikalisasi. Dengan upaya ini , diplomasi China terhadap Negara Asia Tengah yang merupakan pecahan dari UniSoviet, yang mayoritas muslim dapat efektif.
Melalui The Shanghai Five ( China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan ) dibangun aliansi untuk menyatukan wilayah Asia Tengah dalam satu kuridor loby China. Kemudian ditingkatkan menjadi Shanghai Cooperation Organization (SCO). Harap di catat bahwa Asia Tengah memiliki SDA dan MIGAS yang mungkin potensi resource nya lebih besar daripada Timur Tengah.
Apakah ada ambisi China untuk menjadi pemimpin dunia menggantikan AS? . Tanya saya. Tentu ada, jawab teman saya, tapi untuk mencapai itu sangat jauh? mengapa ? sepanjang perjalanan sejarahnya, China belum pernah menjadi negara adidaya yang mempengaruhi keseimbangan kekuatan global. Bahkan ketika mengadopsi Komunisme, China terkesan agak malu malu membawa ideologinya itu keluar dari perbatasannya. Kebijakan luar negeri China berpusat pada pembangunan ekonomi domestik semata.
Bahkan dalam hal persaingan militer dan persenjataan antara Beijing dengan Washington, pada hakikatnya hanya sebatas perebutan pengaruh ekonomi di Asia dan Afrika . China tidak ingin berperang. Bahkan kepada musuhnya (AS) sekalipun, China memberikan pinjaman triliunan dollar.
Oleh : Erizeli Jely Bandaro (Pemerhati Masalah Internasional)