Esensinews.com – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengajak agar para ulama bersuara melawan politisasi agama jelang pilpres 2019.
Harus bersuara, tidak boleh diam, apapun risikonya. Karena kalau diam dan dibiarkan sentimen keagamaan digunakan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab maka risikonya terlalu besar, kita semua harus bersuara,” ujar TGB di Islamic Centre, Mataram, NTB, seperti dikutip detik.com Jumat (27/7/2018).
TGB mencontohkan saat dirinya menyuarakan agar tak menggunakan ayat-ayat perang dalam konteks kehidupan politik di Indonesia. Dia siap menerima resiko dari pernyataan itu.
“Apa yang saya sampaikan beberapa waktu yang lalu, jangan gunakan ayat-ayat perang dalam konteks kehidupan politik di Indonesia. Itu bagian dari suara dan saya mempertanggungjawabkan itu dan saya ajak kita semua bersuara pasti ada risikonya,” tuturnya.
Dia mengingatkan sentimen keagamaan dan primordial berpotensi untuk menyebabkan perpecahan antar anak bangsa. TGB berharap seluruh elemen bangsa dapat instropeksi untuk membangun Indonesia.
“Kita harus ingat bahwa memenuhi ruang publik dengan ujaran ujaran kebencian yang berbasis pada sentimen primordial keagamaan itu pasti akan menghancurkan kita semua. Ini saat kita semua untuk introspeksi dan memastikan semua nilai-nilai baik dari agama kita salurkan untuk membangun Indonesia yang lebih baik,” ujarnya.
Salah satu contoh yang dia gambarkan adalah bagaimana pecahnya sejumlah negara di Timur Tengah karena pemahaman agama yang keliru. Kondisi itu, menurut TGB, harusnya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia.
“Ya jadi di antara para tamu kami, para tokoh Islam dari negara negara Timur Tengah termasuk di antaranya yang didera konflik berkepanjangan, sebelah kanan saya salah seorang ulama dari Syria, sebelah kiri imam masjid di Irak,” ujarnya.
Meski demikian, TGB sepakat jika agama dan politik tak bisa dipisahkan. Namun peran agama dalam politik yang dimaksud TGB itu adalah nilai-nilai kebaikan yang sifatnya universal dan dapat menghadirkan kebaikan.
“Bukan, saya tidak mengatakan seperti itu. Bukan berarti bahwa agama harus dipisahkan dari politik. Agama itu wajib ada di politik dalam arti nilai-nilainya, konsep-konsep, nilai-nilai spiritualitasnya, nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, bermusyawarah, membangun kesetaraan, menghadirkan kesejahteraan, itu semua nilai-nilai yang dibawa,” bebernya.
TGB mengatakan agama tak boleh dijadikan tameng masyarakat untuk mengklaim dirinya yang paling baik dan sempurna. Jika hal itu terjadi, TGB mengatakan situasi bangsa akan terpecah belah.
“Yang tidak boleh adalah menggunakan sentimen keagamaan untuk hal-hal yang bisa membawa kepada sesuatu yang destruktif, menganggap kelompok saya lah yang paling Islami, menganggap bahwa barisan saya lah yang paling cocok mengusung panji-panji umat, kalau sudah ada polarisasi seperti itu pasti akan membawa situasi yang tidak baik dan paling esktrem apa yang menimpa banyak negara,” tuturnya.
Editor : Ateng S