ESENSINEWS.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan saat ini melakukan pengkajian agar mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) diajarkan kembali.
Menag Bantah Pelajaran Pendidikan Agama Dihapuskan Pelajaran Pantang Menyerah dari Sosok Habibie Soal Pemukulan Guru Oleh Orangtua Murid, Ini Kata Mendikbud.
ni kami sedang melakukan evaluasi kurikulumnya formalnya, yaitu mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan saat ini dipelajari dan dikaji akan dipisahkan kembali. Jadi ada PPKn dan ada PMP,” ujarnya usai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Sebelumnya, PMP digabung dengan PPKN. Namun, hal itu lebih berat pada pengetahuan dibandingkan nilai-nilai moral Pancasila itu. Padahal penanaman nilai-nilai Pancasila harus dilakukan melalui perilaku.
“Oleh karena itu, berdasarkan kajian kami kemungkinan akan ditata ulang kembali, yang mana PMP menjadi mata pelajaran sendiri,” kata Muhadjir.
Meski demikian, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan mempertimbangkan juga bagaimana mata pelajaran PMP tersebut tidak menambah beban siswa. Hal itu dikarenakan juga ada program penguatan pendidikan karakter.
“Kalau semuanya berjalan lancar, kemungkinan mulai tahun depan PMP bisa diajarkan kembali,” ujarnya.
Pelaksanaan upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila diselenggarakan di kawasan Monumen Pancasila Sakti di Jakarta Timur, Selasa. Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara dalam peringatan itu. Sedangkan Muhadjir ditunjuk menjadi pembaca doa pada upacara tersebut.
Sementara Ketua Umum Lembaga Ahli Pengadasn Desa (LAPD) sekaligus penasehat DPD Gerakan Indonesia Anti Korupsi (GIAK) Hasudungan Sihombing yang kerap disapa Has Toruan mengatakan PMP pelajaran yang mendidik karakter anak dan sangat
“Memang sejak pelajaran ini dihilangkan maka terjadi pergeseran, dimana radikalisme dan intoleransi mian merajalela,” kata dia.
Menurut Has Toruan sudah tepat pelajaran Moral Pancasila digunakan lagi biar kita lebih menghormati satu dengan yang lain.
Dia pun membandingkan di era Presiden Soeharto tak ada namanya radikalisme dan intolerasi lantaran pelajaran PMP masih ada. Namun kini, sejak tak ada lagi radikalisme kian merajalela.