Esensinews.com – China menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas ketegangan perdagangan yang meningkat di antara kedua negara tersebut. Beijing menyatakan tidak akan menyerah soal beberapa masalah utama yang bersifat prinsipal.
Dalam laporan dari kantor juru bicara kabinet seperti dikutip The New York Post, Senin (3/5/2019), China mengklaim telah menepati janjinya selama 11 putaran proses negoisasi perdagangan dan akan menghormati komitmennya jika perjanjian perdagangan telah tercapai.
Pihak China menuding AS telah mundur tiga kali dalam proses negosiasi dengan menaikkan tarif baru serta menerapkan berbagai hal yang berada di luar hasil negosiasi yang telah disepakati.
“Semakin banyak yang pemerintah AS tawarkan, semakin banyak pula yang mereka inginkan,” sebutnya.
China pun menuduh AS telah melakukan tindakan intimidasi dan penuh paksaan.
“Kedaulatan dan martabat suatu negara harus dihormati, dan perjanjian apa pun yang dicapai oleh kedua belah pihak harus didasarkan pada kesetaraan dan saling menguntungkan,” kata laporan itu.
Laporan tersebut, yang disampaikan pada konferensi pers hari Minggu pagi, tampaknya merupakan upaya untuk menopang argumen China dan memperbaiki posisi mereka.
Selama beberapa hari terakhir, China telah memobilisasi perwakilannya di luar negeri, sementara aparat propaganda domestik telah bekerja lembur untuk meyakinkan publik tentang kebenaran sikap pemerintah.
Sebagai informasi, perang dagang antara kedua negara ekonomi dunia ini dimulai ketika AS menuduh China telah mencuri rahasia dagang dan melakukan transfer teknologi secara paksa. Pemerintah Trump telah mengenakan tarif 25 persen pada produk impor asal China senilai 250 miliar dollar AS dan berencana untuk memungut pajak impor untuk produk impor lain senilai 300 miliar dollar AS.
Amerika Serikat pun juga meningkatkan ancamannya dengan menempatkan raksasa telekomunikasi China Huawei pada daftar hitam yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS memasoknya dengan chip komputer, perangkat lunak, dan komponen lainnya tanpa persetujuan pemerintah.
Beijing merespons dengan memberlakukan tarif pada produk-produk AS senilai 60 miliar dollar AS, yang mulai berlaku Sabtu (1/6/2019).
Sumber : The New York Post