Esensinews.com – Mendekati masa jabatan terakhir kabinet Jokowi-JK, nasib menteri-menteri sedang hangat dibicarakan. Isu reshuffle pun berhembus.
Bhima Yudhistira, pengamat ekonomi INDEF (Insititute for Development of Economics and Finance) menyebutkan, setidaknya ada 6 menteri ekonomi yang harus segera diganti.
Pertama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Menurut Bhima Enggar saat ini diduga terlibat dengan kasus gula rafinasi yang sedang diselidiki Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Bhima juga menyoroti kinerja dari Enggar termasuk soal neraca perdagangan yang mengalami penurunan.
“Kebijakan-kebijakan impor yang tidak berdasarkan data valid, itu menjadi sumber permasalahan utama dari tingginya defisit perdagangan di 2018 kemarin. Kinerja ekspornya juga tidak siap mengatasi adanya ekskalasi dagang. Begitu juga diskriminasi produk Indonesia di luar negeri sehingga kita mengalami penurunan ekspor yg cukup dalam. Khususnya ekspor industri dan komoditas,” jelas Bhima seperti dikutip dari DetikFinance, Rabu (8/5/2019).
Kedua, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Bhima mengapresiasi kinerja Darmin selama masa jabatannya, namun ia menilai ada dua kelemahan yang membuatnya harus diganti.
“Kita melihat ada dua kelemahan. Pertama, adanya 16 paket kebijakan itu lemah secara koordinasi. Dan industri manufaktur yang pertumbuhannya di bawah pertumbuhan ekonomi, kisarannya 4%,” kata Bhima.
Menurut Bhima, dampak 16 paket kebijakan ekonomi yang ditetapkan pada tahun 2018 belum memberi kemajuan terutama bagi industri manufaktur dan investasi. Sepanjang 2018, realisasi investasi asing minus 8,8% year on year (YoY).
Bhima mengatakan, perlunya sosok baru untuk menggantikan Darmin yang profesional dan usia yang lebih muda. Sehingga, kemampuan untuk mengeksekusi 16 paket kebijakan tersebut bisa lebih ditekankan.
Ketiga, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Banyak indikator yang disebutkan oleh Bhima. Salah satunya adalah swasembada pangan yang dinilainya gagal.