Esensinews.com – Selama sepekan terakhir, persoalan banjir di Jakarta diramaikan dengan komparasi tingkat keparahan banjir serta dampaknya dari tahun ke tahun.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dua kali menyebutkan bahwa banjir tahun ini tak separah banjir di era pendahulunya, mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan mengambil tahun 2015 sebagai pembanding.
Benarkah banjir Jakarta tahun ini di Jakarta tak lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya?
Berdasarkan data banjir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, banjir di Jakarta sangat dipengaruhi oleh curah hujan lokal dan curah hujan di hulu.
Dalam lima tahun terakhir, banjir cukup parah terjadi di 2013, 2014, 2018, dan 2019. Derasnya air kiriman bisa diukur dari ketinggian Bendung Katulampa di Bogor. Di tahun-tahun itu, Bendung Katulampa sempat mengalami siaga.
Pada 2013, Katulampa siaga I dengan ketinggiaan air 230 sentimeter. Tahun 2014 ketinggiannya 230 sentimeter, tahun 2018 ketinggiannya 240 sentimeter, dan 2019 dengan tinggi 250 sentimeter.
Selain ketinggian, durasi siaga I juga berpengaruh terhadap parahnya banjir di Jakarta.
Siaga I pada 2013 terjadi di 15 Januari 2013 dengan durasi siaga kurang lebih satu jam. Sementara pada 2014, durasinya 59 menit.
Pada tahun 2018, durasi siaga I selama 4 jam (240 menit). Di tahun 2019 siaga 1 pada tgl 25 April 2019 berlangsung beberapa kali. Tahap 1 durasi 30 menit terjadi pada pukul 20.30, kemudian tahap 2 pada pukul 22.30 sampai dengan 23.55, air naik lagi ke status siaga 1 dengan durasi 1 jam 25 menit.
Dampaknya, bisa dilihat dari jumlah pengungsi. Tahun 2013 ada 599 RW terdampak banjir dengan 90.913 pengungsi dan 40 korban jiwa. Sepanjang 2014, ada 688 RW yang terendam dengan jumlah pengungsi mencapai 167.727. Ada 23 korban meninggal.
Pada 2018, banjir kembali terjadi di 217 RW dengan jumlah pengungsi 15.627 dan korban jiwa satu orang meninggal.
Sementara pada 2019, banjir parah terjadi pada 26 April 2019 membuat 2.258 orang mengungsi dan dua orang meninggal dunia.
Era Ahok
Lalu bagaimana dengan banjir di era Ahok? Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI dari November 2014 hingga Mei 2017.
Dilihat dari jumlah pengungsi, banjir pada 2015 lebih banyak pengungsinya. Jumlah pengungsi pada 2015 mencapai 45.813. Padahal, bendung Katulampa hanya siaga III dengan ketinggian 100 sentimeter.
Namun di tahun berikutnya, yakni 2016 dan 2017, dampak banjir berkurang drastis. Kondisi Katulampa dari 2015-2017 hanya bertahan di siaga III dengan ketinggian tak lebih dari 150 sentimeter.
Pada 2016 tercatat ada 460 RW terdampak banjir dengan jumlah pengungsi berkurang enam kali lipat menjadi hanya 7.760 pengungsi. Banjir yang biasanya paling lama bertahan hingga seminggu, jadi cepat surut dengan maksimal waktu genangan dua hari.
Begitu pula pada 2017, tahun terakhir Ahok menjabat sebelum dilanjutkan wakilnya Djarot Saiful Hidayat hingga 16 Oktober 2017. Pada tahun itu, banjir menggenangi 375 RW dengan jumlah pengungsi 9.100 orang.