Debat ke-5 pemilihan presiden (pilpres) merupakan penetuan. Pasalnya ini merupakan debat pamungkas nantinya akan membahas masalah Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan, dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri.
Debat Terakhir sangat penting apalagi topik ekonomi keuangan dan investasi.
Ini tantangan buat Jokowi dimana ekonomi hanya tumbuh 5,02 persen Padahal pada kampanye 2014 lalu Jokowi menargetkan economic growth bisa tumbuh 7 persen tak terwujud.
Nah ini bisa pengaruh pada debat terakhir. Belum lagi current account mata uang rupiah yang terpuruk hingga Rp 15.000 pada September 2018 lalu.
Sejatinya, kekuatan sebuah bangsa salah satu indikatornya economic power (kekuatan ekonomi) tetap stabil dan harga bisa terjaga.
Kalau terpilih maka Jokowi jangan hanya menitikberatkan sektor infrastruktur tapi memperkuat economic sector (sektor ekonomi). Bahkan trading market. Jadi menterinya harus paham economic breaktrough (terobosan ekonomi), market business plan, market share (pangsa pasar), sampai economic forecast (ramalan ekonomi).
Anggaran infrastruktur 2019 tembus Rp 419 triliun hampir menyamai anggaran pendidikan yang mencapai Rp492 triliun atau 20 persen APBN kita.
Jokowi harus punya target and economic plan, jangan ekonomi mentok di 5 persen. Untuk itu menteri yang kinerjanya lemah perlu diganti atau reshuffle.
Paling tidak, Jokowi harus belajar terobosan Mahattir Muhammad saat membatalkan mega proyek Cina yang bernilai 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 281 triliun yang diongkosi. Lantaran Mahatir mengklaim mereka hemat Rp 1096 triliun dari 3 mega proyek itu.
Alasan Mahattir membatalkan investasi itu pasalnnya bunganya hampir 1 juta ringgit atau sekitar Rp 3,4 triliun.
Ambisi bangun jalan dan jembatan baik, tapi jangan melupakan sektor ekonomi. Ini urat nadi sebuah bangsa. Memang sisi lemah Jokowi di ekonomi. Dibanding dengan pertumbuhan ekonomi di zaman Presiden mendiang Gus Dur yang tumbuh 1999 sudah berada di level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen.
Kendati hampir tiga bulan bekerja, pertumbuhan ekonomi di penghujung tahun Setahun berikutnya (2000), perekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 1,2 persen. Sedangkan pada 2001, kendati Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun masih berada pada level 3,6 persen.
Begitu pula di era SBY ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen.
Sejatinya, periode kedua pertumbuhan ekonomi Jokowi lebih baik setidaknya mampu menembus 6 persen.
Kalau mau menang pilpres, maka ekonomi perlu diperkuat setidaknya Jokowi perlu mereformasi kementerian yang berkaitan dengan perekonomian bahkan BUMN.
Oleh : Jerry Massie
(Direktur Kebijakan Publik/pengamat Politik, Indonesian Public Institute (IPI)