Esensinews.com – Penanaman modal asing (PMA) China ke Amerika Utara dan Eropa anjlok 73% ke level terendah selama enam tahun terakhir.
Ini terjadi karena Amerika Serikat (AS) memperketat pengawasan terhadap berbagai kesepakatan investasi dan pembatasan China terhadap investasi ke luar negeri mulai menggigit, kata firma hukum Baker & McKenzie.
Angka-angka tersebut mencerminkan dampak dari meningkatnya gesekan perdagangan dan politik antara Washington dan Beijing. Setelah memperhitungkan divestasi, aliran PMA China bersih ke Amerika Serikat ternyata berubah negatif.
Investasi ke Amerika Serikat turun 83%, tetapi sebaliknya tumbuh 80% ke Kanada. Di Eropa, meskipun secara keseluruhan menurun, PMA China ke negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Spanyol juga benar-benar tumbuh.
Kesepakatan investasi asing China yang telah rampung di dua wilayah Barat turun menjadi US$30 miliar (Rp 423 triliun) pada 2018 dari US$111 miliar pada tahun sebelumnya, kata Baker & McKenzie dalam sebuah laporan yang disiapkan dengan perusahaan riset Rhodium Group.
Hubungan Panas, Investasi China ke Amerika & Eropa Anjlok 73%Foto: Ilustrasi, Pekerja menyelesaikan pembangunan kapal di galangan kapal Huanghai Shipbuilding Co di Weihai, Provinsi Shandong, China. REUTERS / Stringer
Bahkan setelah menghapus efek dari pengambilalihan Syngenta oleh ChemChina senilai US$43 miliar di 2017, penurunan mendasar dalam volume transaksi mencapai 40%.
Pengawasan ketat oleh regulator juga menyebabkan pembatalan 14 transaksi investasi China di Amerika Utara, dengan nilai gabungan US$4 miliar, dan tujuh di Eropa senilai US$1,5 miliar.
“Beberapa kesepakatan masih dilakukan meskipun ada peraturan penyaringan investasi baru, ketegangan perdagangan, dan kontrol investasi China,” kata Michael DeFranco, kepala global M&A di Baker McKenzie, dilansir dari CNBC International, Senin (14/01/2019).
“Tetapi semua pihak dalam suatu transaksi prospektif perlu melakukan banyak uji tuntas dan mengambil nasihat pengaturan mendalam untuk menilai apakah suatu transaksi layak ataukah tidak.” kataya.
Sumber: CNBC