Demikian dikatakan www.iryanali.com/ dalam tulisan yang berjudul “Seni Memimpin ala Rizal Ramli” yang tayang pada 14 Desember 2020 lalu. Dia mengatakan, meskipun Rizal Ramli memimpin kementerian dalam waktu yang relatif singkat, namun itu membuktikan bahwa ia adalah seorang pemimpin besar (great leader). Hal ini terlihat dari capaian-capaian yang telah diraih oleh Bang RR – sapaannya.
Penulis buku The Ma’ruf Amin Way: Keadilan, Keumatan & Kedaulatan (GPU, 2019), ini mengungkapkan bahwa meskipun Rizal Ramli disebutkan sebagai salah satu tokoh yang paling banyak dibicarakan selain Jokowi, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, tetapi tidak banyak yang mengupas gaya memimpin ala Rizal Ramli.
Dia mengatakan, mayoritas orang menyorot sosok yang dikenal karena kritik-kritiknya yang kontroversial itu, namun bila kita mengamati saat ia memiliki peran dalam Pemerintahan, maka kita akan tahu bagaimana gaya memimpin ala Rizal Ramli.
“Menurut hemat saya, bila kita melihat sepak terjangnya, ada banyak pelajaran penting yang bisa kita petik dari seorang Rizal Ramli. Setidaknya, yang paling menonjol dari seorang Rizal Ramli adalah keberaniannya mengungkapkan pendapatnya. Tetapi, lebih dari itu, bila kita amati, Rizal Ramli adalah sosok yang memiliki kapabilitas sebagai pemimpin terpercaya (the credible leader) atau berintegritas,” ujarnya.
memiliki integritas ialah kesebangunan antara hati (heart), pikiran (head) dan tindakan (hand). Apa yang ada di dalam nuraninya diolah menjadi suatu ide yang cemerlang dan dieksekusi dengan bagus. Ini yang menonjol dari gaya memimpin ala Rizal Ramli. Jika melihat sepak terjang Rizal Ramli selama ini, ia memiliki hati nurani keberpihakan yang jelas (pro-rakyat), dituangkan dalam ide program yang breakthrough demi kepentingan nasional (pikiran), dan dieksekusi untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi rakyat (tindakan). Dengan demikian, ia punya paket komplet,” ujar penulis buku “GenM: Generation Muslim (Bentang Pustaka, 2017)” ini.
Dia mengungkapkan tidak banyak pemimpin nasional yang memiliki integritas. Mayoritas, mereka mempunyai ide dan eksekusi di lapangan yang bagus, tetapi minim nurani (hati). Ada pula yang bagus dari sisi aksi di lapangan, tetapi nihil nurani dan ide yang breakthrough. Dan, ada juga pemimpin yang nurani keberpihakannya jelas, tetapi tidak tahu bagaimana cara merumuskan kebijakan dan pelaksanaannya yang bagus.
Memimpin dengan Hati
Dia menulis, memimpin ala Rizal Ramli dengan hati berarti dituntun oleh nurani. Nurani ini sama berarti dengan the causes atau belief-driven. Artinya, suatu keyakinan yang mendorong atau menentukan tindakan.
Bila melihat cara memimpin ala Rizal Ramli, maka kita akan menemukan bagaimana ia juga sangat kuat dalam menonjolkan aspek hati atau why kepada publik.
“Terlebih, ia punya track record bagus yang membuat orang percaya. Terdapat satu ciri penting dari hati Rizal Ramli yaitu keberpihakan. Aspek nurani ini terlihat dari keberpihakannya terhadap rakyat. Track record-nya sebagai pejabat telah membuktikan bahwa ia pro rakyat. Lalu, berbagai kritik ataupun solusi yang ditawarkan juga kerap memberikan untuk kepentingan rakyat,” tulisnya.
Penulis buku “8 Wajah Kelas Menengah (GPU, 2015)” ini mengungkpak contoh warisan kepemimpinan Rizal Ramli untuk Indonesia. Sebagai ilustrasi, bisa diambil sampel beberapa tokoh ternama. Jokowi, misalnya, pada saat mencalonkan presiden tahun 2014 dinilai memiliki paket komplet: nurani pro rakyat, ide program yang bagus dan punya perhatian besar terhadap eksekusi di lapangan.
“Tetapi, setelah enam tahun menjadi orang nomor 1 di Indonesia, program-program yang dijalankan kurang sesuai dengan harapan sebagian besar rakyat dan eksekusi di lapangan yang kontradiktif. Akhirnya, tak sedikit orang yang merasa bahwa Jokowi tidak sukses menjadi leader di tanah air,” tulisnya.
Memimpin dengan Pikiran
Rizal Ramli pernah ditegur oleh Gus Dur karena dinilainya terlalu rasional. “Kita bagi-bagi pekerjaan aja Gus. Saya yang rasional, Gus Dur yang beyond rational,” ujar Rizal tertawa.
Tak heran Gus Dur berkata demikian, karena Rizal Ramli memiliki kapabilitas analisa, comparative analytics dan creative thinking atau problem solving yang bagus. “Oleh karena itu, saya menyebutnya sebagai seni memimpin ala Rizal Ramli dengan pikiran. Lead by head,” tulisnya.
Dia menulis bahwa ada tiga komponen penting dalam praktek ‘lead by head’ ala Rizal Ramli yaitu vision, ideas dan competent.
Vision adalah tujuan akhir yang ingin dicapai (end-destination). Seorang pemimpin, wajib memiliki visi yang jelas (clear vision) sehingga mampu meyakinkan dan menunjukkan ke arah yang akan dicapai. Visi ditopang oleh ide. Secara sederhana, ide adalah creative thinking yang dirancang sebagai metode untuk mencari jalan mencapai visi. Visi dan ide ini semakin feasible untuk dieksekusi apabila seorang pemimpin memiliki kompetensi. Kompetensi di sini diartikan sebagai kemampuan memiliki wawasan, keterampilan dan pengetahuan best practices sehingga semuanya memungkinkan dieksekusi.
Kita sering mendengar pernyataan Rizal Ramli dalam berbagai kesempatan yaitu salah satu kriteria pemimpin bagus adalah memiliki visi yang jelas. Visi ini mencerminkan sebagai impian yang diangankan di masa depan untuk dicapai. Seringkali, visi bisa bermula dari akhir (begin with the ends).
Contoh visi dari Rizal Ramli, katanya, adalah menjaga kedaulatan pangan di tanah air. Visi ini diwujudkan melalui transformasi di Bulog. Rizal Ramli berhasi memperbaiki kinerja Bulog, menjaga stabilitas harga gabah dan tidak impor pangan. Contoh visi lainnya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca-krisis. Caranya ialah mendorong 10 program untuk mendongkrak pertumbuhan. Hasilnya, ekonomi tumbuh dari minus (-3 persen) menjadi 4,9 persen.
Dalam seni memimpin ala Rizal Ramli, visi saja tidak cukup. Seorang pemimpin, tulisnya, harus memiliki ide. Dalam konteks ide, ia kerap menyebutkan bahwa seorang pemimpin sebaiknya punya pemikiran yang breakthrough atau out of the box thinking.
“Mengapa? Menurutnya, dengan banyaknya persoalan yang dihadapi bangsa ini, seorang leader dituntut untuk memiliki cara berpikir yang kreatif,” tulisnya.
Terakhir, praktek memimpin ala Rizal Ramli dengan pikiran yang dilakukan adalah memiliki kompetensi. Saat dipercaya untuk menjadi Menko Kemaritiman dan Sumber Daya (2015-2016), Rizal berusaha menerjemahkan visi pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, khususnya luar Jawa agar terjadi pemerataan dengan ide kreatif dan kompetensi yang dimilikinya.
Tatkala APBN terbatas untuk infrastruktur, ia mendorong agar BUMN berfungsi sebagai agent of development. Agar bisa mendapatkan pendanaan, perlu dilakukan revaluasi aset BUMN sehingga bisa mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan. Cara ini relatif ampuh.
“Terbukti, ketika dilakukan revaluasi aset terhadap 18 BUMN, mereka bisa meningkatkan aset sekitar Rp800 triliun dan negara memperoleh pajak revaluasi aset senilai Rp32 triliun. Aset yang bertambah ini dapat menambah kepercayaan lembaga keuangan untuk mendanai pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, Pemerintah tidak sepenuhnya harus turun tangan untuk berhutang kepada lembaga donor,” tulisnya.
Memimpin dengan Tindakan
Ciri penting yang menonjol dari gaya memimpin ala Rizal Ramli adalah action-oriented. Jika diperhatikan, salah satu gaya memimpin Rizal Ramli dalam menyelesaikan masalah itu penuh perhitungan yang matang, tetapi dieksekusi dengan cepat.
“Ia tidak suka bertele-tele dan cepat bertindak untuk menyelesaikan masalah. Untuk itu, tak heran apabila dalam periode kepemimpinannya di posisi menteri yang relatif pendek, Rizal selalu meninggalkan legacy yang bagus. Mengapa? Ciri penting pemimpin yang action-oriented adalah berorientasi pada hasil (result-oriented). Dengan demikian, saya pun menyebutnya sebagai memimpin dengan aksi. Lead by hand,” tulisnya.
Dalam praktek memimpin ala Rizal Ramli dengan tindakan, Rizal Ramli, katanya, mempunyai 6 ciri yang terlihat menonjol yaitu gaya kepemimpinan (leadership style), pemilihan personalia yang tepat (personnel), perilaku bagus dan profesional (character), berorientasi pada hasil (result-oriented), banyak akal (resourcesful), bertindak cepat (fast action), dan terbuka (open). Keenam ciri ini menjadi kombinasi yang bagus sehingga menghasilkan contoh kepemimpinan yang excellent.
Tak hanya itu, sebagai bagian dari sikap terbukanya, Rizal Ramli berani mengkritik kolega sendiri, menantang debat di depan umum, dan hadir di forum-forum diskusi publik untuk menerima kritikan. Dengan cara ini, tulisnya, Rizal Ramli bisa menyosialisasikan kebijakan publik yang sedang dikerjakannya serta menerima masukan dari publik.
“Melihat cerita dari seni memimpin ala Rizal Ramli di atas, dapat saya simpulkan bahwa kesuksesan seorang pemimpin adalah mampu menyinergikan antara hati, pikiran dan tindakan. Semua terintegrasi dan tidak decoupling. Adanya pencitraan pemimpin biasanya dikarenakan kelemahan dalam menyatukan tiga hal ini: heart, head dan hand,” tulis penulis “Marketing to the Middle Class Muslim (GPU, 2014)” ini. ***