ESENSINEWS.com – Manajer riset Seknas FITRA Badiul Hadi menyebut sulit untuk berharap pada nama-nama dalam bursa calon presiden dalam Pemilu 2024, untuk dapat mengatasi polarisasi politik yang terjadi di Indonesia.
Dia menilai bahwa tokoh-tokoh yang namanya kini bertengger dalam bursa, justru merupakan bagian dari polarisasi itu sendiri. Mengingat, nama-nama besar yang saat ini acap kali disebutkan pada sejumlah lembaga survei nasional, merupakan bagian dalam Pemilu 2019 silam, yang mana memiliki andil besar dalam memperkuat terjadinya polarisasi politik di Indonesia.
“Nah ini saya kira menjadi problem yang sangat serius untuk kita pertimbangkan betul terkait dengan posisi mereka,” kata Badiul dalam acara diskusi publik “Titik Temu” terkait nama terkait kemungkinan calon alternatif dalam bursa Capres 2024, Selasa (6/9). Posisi tersebut, kata Badiul, terkait dengan apakah mereka merupakan pilihan terbaik untuk dapat maju dalam Pemilu 2024 mendatang.
Sementara itu, selain polarisasi politik, Badiul juga menyebut bahwa ekonomi nasional juga menjadi suatu isu fundamental bagi Indonesia, yang menjadi tantangan bagi calon presiden ke depan. Sebab, ia menilai, ekonomi nasional adalah salah satu isu yang akan menjadi perhatian publik secara serius.
Badiul pun mencontohkan bagaimana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diumumkan beberapa waktu lalu, nantinya dapat berdampak pada hasil temuan terkait kepercayaan publik pada Presiden RI Joko Widodo pasca kenaikan tersebut.
Sebagaimana disebutkan Badiul sebagai contoh sederhana, pada 16 Agustus 2022 silam, Presiden sempat mengumumkan surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 106 triliun. Namun, satu bulan setelahnya, Jokowi justru mengatakan bahwa negara perlu mengurangi subsidi BBM. Perbedaan itu pun dipandang Badiul dapat memunculkan suatu pertanyaan penting.
“Mengelola anggaran ini akan menjadi isu strategis bagi calon pemimpin pada 2024,” ujar Badiul. Isu terkait perkembangan ekonomi atau bahkan inflasi pun dipandangnya akan menjadi sangat krusial untuk diperhatikan.
Dengan kata lain, Badiul menganggap sosok Presiden 2024 nanti harus mampu menjawab sejumlah persoalan pokok yang tengah dihadapi Indonesia. Beberapa di antaranya adalah polarisasi politik, perekonomian, peran Indonesia di kancah internasional, serta korupsi. Sosok tersebut, menurutnya juga harus mampu menyejahterakan masyarakat, sebagaimana kesejahteraan sendiri selalu menjadi konsentrasi masyarakat.
Ia pun berharap, masyarakat tak lagi menafikan substansi dari sosok calon presiden mendatang dan hanya terpaku pada ketokohan suatu figur. Sebab, apabila hal tersebut terus terjadi, maka persoalan yang terjadi hari ini berpotensi untuk terjadi pula di masa mendatang.
Sementara itu, di luar nama-nama yang sudah sejak awal bertengger di bursa capres 2024, Badiul menyebut sempat menyebut nama Mantan Pimpinan Mahkamah Konstitusi RI Jimly Asshiddiqie sebagai orang yang menurutnya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam konteks kenegaraan Indonesia. Ia juga menyebut tokoh nasional Rizal Ramli yang banyak berkecimpung di bidang perekonomian Indonesia. Kedua nama itu pun Badiul anggap dapat menjadi alternatif nama baru dalam bursa capres 2024.