ESENSINEWS.com – Tokoh nasional Rizal Ramli (RR) mengapresiasi demonstrasi damai mahasiswa dan menegaskan bahwa gerakan mahasiswa dan masyarakat (civil society) merupakan gerakan damai, revolusi damai (peaceful revolution), suatu aksi demonstrasi nirkekerasan (non-violence) yang menjadi karakter dan ciri khas kekuatan masif kaum muda tersebut.
RR berempati, peduli, mencermati dan mengapresiasi gemuruh gerakan mahasiswa yang damai beberapa hari lalu di Jakarta dan kota kota lain di Tanah Air yang menuntut turunkan harga-harga kebutuhan pokok dan tegas menolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden. ”Masyarakat dan kita semua mengapresiasi aksi damai mahasiswa/BEM, demo damai mahasiswa, revolusi damai mahasiswa yang sangat menyentuh nurani rakyat untuk bangkit. Mahasiswa seyogianya tidak terpancing aksi kekerasan, waspada & jangan mau dipancing kekerasan, dan terus menjaga agar aksinya tetap damai,” kata RR, Menko Perekonomian Presiden Gus Dur.
‘
“Hemat saya, gerakan mahasiswa dan masyarakat (civil society) itu merupakan gerakan damai, revolusi damai, suatu aksi demonstrasi nirkekerasan (non-violence) yang menjadi karakter dan ciri khas kekuatan masif kaum muda. Mahasiswa perlu disiplin dan waspada terhadap penyusupan provokator, premanisme dan sindikalis- anarkis yang mau mengacau dan merusak gerakan mahasiswa,’’ kata RR mengingatkan kaum mahasiswa.
Menurutnya, demonstrasi damai, revolusi damai, nirkekerasan, non-violence adalah kekuatan utama gerakan mahasiswa yang sungguh dihormati dan dicintai rakyat karena merekalah kekuatan moral dan agen perubahan.
Di masa lalu, mahasiswa PhD Universitas Colorado, AS, Chenoweth menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari beragam faktor yang mendorong munculnya demonstrasi damai, revolusi damai. Chenoweth (dan Stephan) mengumpulkan data dari 323 gerakan damai dan perlawanan dengan kekerasan. Secara umum, perlawanan damai dua kali lebih sukses ketimbang gerakan kekerasan. Metode damai ini punya peluang sukses 53%, sedangkan perlawanan dengan kekerasan hanya 26%. Faktanya, dari 25 gerakan terbesar yang dikaji, 20 di antaranya non-kekerasan. Dari 20 peristiwa itu, 14 di antaranya berhasil. Tahun 1986, jutaan warga Filipina turun ke jalanan Manila dalam unjuk rasa damai. Dalam aksi yang disebut gerakan ‘people power’ atau kekuatan rakyat itu, mereka juga merapal berbagai doa. Empat hari setelahnya, rezim Ferdinand Marcos tumbang.
Tahun 2003, rakyat Georgia menggulingkan Eduard Shevardnadze melalui Revolusi Mawar yang tak berdarah. Saat itu mereka membanjiri gedung parlemen sambil menggenggam kembang