ESENSINEWS com – Minyak goreng langka di pasar, dan harganya naik tajam. Harga kedelai naik dan ngamuk, sehingga 30 ribu perajin tempe dan tahu sudah tutup. Belum lagi kasus Wadas Purworejo, naiknya harga harga, krisis keadilan dan seterusnya. Semua itu gagal diatasi pemerintah Jokowi. Persoalan pokok itu saja sudah cukup bagi rakyat untuk mendesak dan menghimbau agar Jokowi mundur karena Jokowi telah mengubah airmata kebahagiaan rakyat jadi air mata kemiskinan/kesengsaraan. Demikian saran dan pandangan para warga/konstituen/pemilih Jokowi yang sangat sedih karena rakyat makin menderita.
”Lebih baik Jokowi mundur karena harga harga kebutuhan pokok naik dan Jokowi tak mampu mengatasi masalah ini,” kata satu pendukungnya, Zainudin yang tinggal di Sawangan Bogor. Dia seorang pedagang kecil dan mengaku hidupnya makin terjepit kesulitan ekonomi lima tahun terakhir ini.
”Pak Jokowi tidak didukung para menteri yang hebat, kredibel dan kapabel, sedangkan Jokowi sendiri tak mampu memmimpin dengan pikiran dan visi yang jelas, saran saya mundur saja,” kata Fikar Ahmad yang bergerak sebagai mahasiswa tingkat akhir sekaligus sebagai tukang ojek.
Para analis menilai dan melihat, jutaan rakyat sedih, makin miskin dan susah, jika Jokowi bijak dan arif, maka pasti memilih mundur karena tidak mampu mengatasi masalah.
Imbas naiknya harga minyak goreng adalah ribuan pedagang menjerit dan kalangan warteg dan warung padang maupun warng Sunda mengalami kesulitan minyak goreng.
Imbas kenaikan harga kedelai secara global, membuat banyak perajin tempe ogah produksi. Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan 20% atau mencapai 30 ribu perajin tahu dan tempe berhenti berproduksi.
(berbagai sumber)