Oleh: Tarmidzi Yusuf
_Pegiat Dakwah dan Sosial_
Arteria Dahlan minta Jaksa Agung copot Kajati pakai bahasa Sunda. Arogan kali. Macam negara punya neneknya. Sontak semua tokoh Sunda dari berbagai elemen turun gunung. Protes. Spanduk Arteria Dahlan musuh orang Sunda terpasang dibeberapa sudut kota Bandung. Twibbon ngarojong Kajati ngamumule basa sunda menghiasi foto profil dan beberapa group media sosial.
Omongan songong Arteria Dahlan telah melupakan banyak orang bahwa sejak 18 Januari 2022 Jakarta bukan lagi ibukota negara. Indonesia ibukotanya Nusantara. Dalam 40 hari sejak Pansus RUU IKN dibentuk 7 Desember 2021, Indonesia sudah pindah ibukota negara.
Publik terninabobokan oleh isu-isu murahan yang dipertontonkan dengan songong oleh Arteria Dahlan. Pembicaraan publik tentang pindah ibukota negara hilang. Agenda besar tentang nasib Indonesia Raya pasca ibukota negara pindah tak terbongkar. Bukan mustahil Indonesia Raya sudah tak berkumandang lagi di ibukota negara Nusantara sebelum tahun 2030.
Pasang mata dan telinga agar Istana Negara dan beberapa kantor kementerian termasuk gedung MPR, DPD dan DPR tidak berpindah kepemilikan untuk membiayai ibokota negara Nusantara. Bingung kan bila menyebut ibukota negara disandingkan dengan Nusantara. Terkesan negara Nusantara.
Jangan-jangan rezim ini berlanjut sampai 2027 pun kita hanya diam terpanah tanpa bisa berbicara. Mendadak bisu. Takut diberondong peluru. _”Dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.”_ (QS. at-Taubah: 25).
Pindah ibukota negara akan batal bila Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan UU IKN. Lolos dari MK, UU IKN berpotensi dibatalkan oleh Presiden terpilih 2024. Dengan catatan bukan presiden boneka.
Omicron akan menjadi isu seksi mengalihkan perhatian publik dari pindah ibukota negara dan menghadang perayaan Idul Fitri tahun 2022. Pastilah berepisode-episode seperti sinetron dengan drama yang menakutkan dan mengerikan. Tontonan yang membuat terlena. Ditakut-takuti omicron. Tak berdaya melawan desain komunis gaya baru.
Enam Laskar FPI dibantai dan dibunuh secara keji pun oleh konspirasi pejabat hitam. Kita cuma bisa berteriak-teriak garang di media sosial bak pahlawan kesiangan. Nyatanya tidak ada pergerakan perlawanan yang berarti. Demo massa cuma saemprit.
Si Dedeng gendeng bertabur bintang. Kudil masih petantang petenteng. Mbah intelijen gagah dengan kumis melintang. _”Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”_ (HR. Bukhari).
Toh mereka aman-aman saja dengan kejahatan mereka. Kita cuma bisa berteriak di media sosial. _”Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.”_ (QS. al-Qalam: 44)