ESENSINEWS.com – Pengamat sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengatakan bahwa banyak lembaga survei saat ini sudah mulai membicarakan tentang pemilu presiden pada 2024 mendatang. Padahal, masyarakat saat ini masih enggan membicarakannya karena masih tertimpa dan menderita akibat pandemi Covid-19.
Karena itu, katanya, pemerintah harus menyelesaikan dahulu pandemi Covid-19, sebelum membicarakan pilpres 2024.
“Lembaga survei mulai banyak yang tidak sabar menuju 2024 padahal rakyat belum mau berbicara capres saat ini ditengah derita dan ancaman virus corona. 2024 masih jauh, atasi dulu derita rakyat dan covid-19,” ujarnya dalam akun Twitternya, @ubedilahbadrun.official, yang dipantau hari ini, Rabu (18/8/2021).
Menurut Kang Ubed – demikian dia biasa disapa – pandemi yang terjadi saat ini membuat pemilu 2024 belum tentu bisa diselenggarakan tepat waktu.
“Belum tentu juga ada pemilu 2024. Bisa maju bisa mundur, kemungkinan itu selalu ada,” katanya.
Namun, jika pilpres jadi diselenggarakan, pertanyaannya adalah siapa yang paling memiliki peluang menjadi capres pada pemilu 2024 mendatang?
Menurut Ubed, peluang terbesar adalah sosok yang merupakan antitesa dari rezim saat ini. Sosok yang akan muncul tersebut, katanya, adalah yang berseberangan dan berlawanan dengan rezim yang ada saat ini.
Pasalnya, katanya, karena rezim saat ini dinilai gagal dalam banyak hal. Karena itu, masyarakat mendambakan sosok yang berlawanan dengan rezim saat ini.
“Karena rezim saat ini gagal dibanyak bidang, maka peluang terbesar dalam situasi seperti itu biasanya adalah sosok anti tesa dari rezim saat ini yang dinilai gagal. Sosok yang berseberangan dan berlawanan dengan rezim saat ini. Siapa dia? Itupun kemungkinan,” katanya.
Seperti diketahui, ada beberapa sosok yang dinilai berseberangan dengan rezim saat ini. Mereka itu sebut saja antara lain, Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Ekonom Senior Rizal Ramli.