ESENSINEWS com, Jakarta – Menghadapi era digitalisasi dan teknologi, maka kota juga setidaknya harus bersiap menuju smart city, bukan saja orang-orangnya yang pintar tapi dibutuhkan juga lingkungan yang cerdas serta tempat tinggal yang cerdas pula.
Nah! untuk mewujudkan semua itu, butuh konsep dan strategi dari para kepala daerah di Indonesia.
Saat tampil sebagai keynote speech, Menteri/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut kondisi pandemi saat ini dimana kota-kota di dunia tidak ada yang siap. Carrying capacity kata dia secara physically tentu harus dihitung sedemikian rupa.
“Man made feature bisa bikin bangunan jalan dan sebagainya. Tapi kreator maha pencipta telah membuat feature di muka bumi ini. Kadangkala kita tidak bisa bisa menghitung kota sebuah habibat terhadap lingkungan di sekitarnya,” ujar dia.
Aktivitas orang berproduksi kata Suharso, kemudian itu menjadi sebuah tempat leaving (kehidupan) dimana orang bisa melakukan kreatifitas kemudian dihargai dan selanjutnya ada nilai tukar yang diperoleh.
Kota tambah dia, harus mampu menyediakan sedemikian rupa pilihan-pilihan pekerjaan serta pilihan-pihan kesejahtraan kepada warga kesejahtraan kepada masyarakat Jadi mungkin kota membiarkan.
“Saya baru saja lihat dan saksikan di Amerika yang mana homeless (pengganguran) banyak ada di New York, Los Angeles ada juga di San Fransisco. Hal yang tidak saya bayangkan ketika saya tahun 94 ada disana, penyebabnya ekonomi dunia terguncang karena pandemi,” jelasnya.
Disisi lain, Konsep dan strategi Smart City juga diterangkan Bupati Kabupaten Kuningan Acep Purnama disampaikan Kadis Kominfo Wahyu Hidayah saat memaparkan materinya dalam webinar terkait kota pintar.
Dia menyebut untuk mewujudkan Kuningan smart city, rintisan yang sudah dilakukan adalah : Pembangunan Command Centre, pemasangan CCTV publik, dan wifi publik (internet gratis) yang dipasang di ruang publik, taman, Rumah Sakit, terminal dan tempat umum lainnya.
“Smart city tingkat Kabupaten mustahil terwujud jika wilayah administrasi terkecil berupa Desa/Kelurahan tidak memiliki konsep smart village. Untuk itu, dirintis pembangunan Desa Digital dan Smart Village di Kabupaten Kuningan. Saat ini terdapar 8 desa digital dan 20 desa smart village,” kata dia.
Tujuan terbangunnya smart city kata Wahyu, adalah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, lebih cepat, transparan dan terukur, sehingga diperlukan aplikasi berupa sistem informasi untuk mendukung proses pelayanan yang lebih baik tersebut.
Sementara Walikota Bitung, Maurits Mantiri saat memaparkan konsepnya mengatakan Konsep dan strategi Smart City Bitung, salah satunya menyiapkan 1001 Wifi disejumlah lokasi.
“Hal itu juga memang jadi salah satu janji politik semasa kampanye lalu. Dan itu sedang dan sementara dirampungkan. Apalagi sekarang semua aktifitas dilakukan via daring, jadi sangat perlu adanya wifi gratis untuk masyarakat,” jelas Maurits.