Oleh : Ahmad Khozinudin
(Sastrawan Politik)
Provinsi Padang (Baca : Sumatera Barat) adalah provinsi ‘Neraka’ bagi Presiden Jokowi. Mengingat, elektabilitas Jokowi di provinsi ini sangat kecil, berbeda dengan Provinsi Papua atau NTT.
Karena itu, Jokowi begitu happy berkunjung ke Papua atau di NTT. Di dua provinsi ini, Jokowi disambut antusias oleh warga, bahkan dielu-elukan tiga periode.
Beda Papua, beda NTT, beda pula di Padang. Perolehan suara Jokowi di Provinsi Padang sangat memprihatikan.
Pada Pilpres 2019, Rekapitulasi penghitungan perolehan suara Pilpres 2019 di tingkat Provinsi Sumatera Barat Pasangan Prabowo-Sandi menang telak 85,95% sedangkan Jokowi-Ma’ruf hanya 14,05%. Prabowo-Sandi memperoleh suara 2.488.733 Sementara pasangan Jokowi-Amin mendapat 407.761.
Angka ini, jelas membuat Jokowi tidak PD berkunjung ke Padang atau Sumatera pada umumnya. Suara Jokowi di pulau Andalas, jatuh merosot.
Orang Padang memiliki karakter pemikir, setiap pilihan dipertimbangkan secara seksama. Wajar, jika suara Jokowi jeblok di Provinsi Padang.
Mungkin hal itulah, yang menyebabkan Presiden Joko Widodo menyebut Padang sebagai Provinsi saat melakukan kunjungan untuk meninjau pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera untuk ruas Pekanbaru-Padang, Seksi Pekanbaru-Bangkinang, Kota Pekanbaru pada Rabu (19/5). Dibenak Presiden, mungkin membayangkan warga Padang akan berteriak dan berorasi, mengkritisi sejumlah kebijakan penetapan. Berbeda dengan warga Papua dan NTT, yang bersorak gembira menyambut kedatangan Jokowi.
Kalau Presiden ikut tes TWK yang diadakan KPK, boleh jadi Presiden Jokowi tidak lulus. Bagaimana mungkin Kota Padang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat disebut Provinsi ? mau dinilai berapa wawasan kebangsaannya ?
Dalam video yang beredar, tampak sekali Presiden berhenti sejenak sebelum menyebut Provinsi Padang. Semestinya, kesempatan berhenti sejenak itu digunakan untuk berfikir, dan menetapkan baru mengucapkan provinsi Sumatera Barat, bukan provinsi Padang.
Di Padang, memang banyak tokoh-tokoh kritis. Sebut saja Buya Gusrizal Dt Palimo Basa yang pernah membuat sajak : Tempat Tuan di Halaman Bukan di Anjung Peranginan.
Kalau orang Padang sudah mengatakan demikian, tentu Presiden Jokowi menjadi minder untuk mendekati anak tangga rumah gadang, apalagi menempati Anjung Peranginan. Maka, Presiden akhirnya mencukupkan diri di halaman luar yang jauh, di lokasi proyek jalan tol.
Mungkin kah hal itu yang menyebabkan Presiden Jokowi keseleo lidah ?