ESENSINEWS.com – Penyiaran Indonesia terus bergerak melangkah maju. Apalagi, kala sejumlah poin penyiaran dimasukan dalam Undang-undang Omnibus Law Ciptaker.
Kontroversi siaran analog dan digital terkuak dalam webinar ke-10 Political and Public Policy Studies (P3S) yang bertajuk : “Masa Depan Penyiaran Analog (Konvensional) di Indonesia” Senin (19/10/2020).
Menurut Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Suprio memang tantangan ke depan Indonesia masuk era digital memang ada.
“Sebetulnya kita agak teringgal dari negara lain yang sudah lebih dulu bermigrasi dari analog ke digital. Waktu lalu, saya sempat studi banding penyiaran ke Turki. Ada banyak hal ymh saya pelajari disana. Menariknya, negara ini punya lembaga penyiaran seperti KPI,” kata dia.
Memang saat ini kami lagi mengatur soal regulasi terkait UU Omnibus Law Ciptaker yang membahas tentang penyiaran. Barangkali kami harus berkoordinasi dengan mitra kami yakni Kementerian Kominfo dan Komisi I DPR RI.
Bahkan kata Agung, KPI akan juga mendengar masukan dari lembaga terkait bahkan publik.
Ada satu negara yang gagal saat beralih ke digital yakni Italia. Namun dia optimis Indonesia akan berhasil menerapkan sistem ini.
Presiden Direktur Metro TV Don Bosco Salamun dalam kesempatan ini membahas terkait akan masuknya salah satu lembaga survei dan rating atau pemeringatan televisi dari Amerika akan masuk di Indonesia. Menurutnya, akan lebih bagus jika lebih dari satu. lantaran selama ini di Indonesia hanya ada satu yakni Nielsen.
Ke depan televisi yang laku yakni TV data dengan kata lain mereka televisi berbasis data lantaran akan ke arah digiital.
Selain itu, Don Bosco juga memapaekan soal konten TV.
“Ada Diversity of Content dan Diversity of Ownership keberagaman acara dan pemilik media. Dan ini juga sanat positif menguntungkan bagi negara,” kata dia.
Praktisi media Dhonie Irmandi lebih menyoroti aspek Sumber daya manusia.
“Saat ini televisi harus lebih meningkatan kualitas, berbeda waktu saya masih penyiar di TVRI beberapa tahin silam. Ingat, tahun 2022 Indonesia akan masul ke era TV digital jadi mutu siaran harus lebih ditingkatkan,” kata dia.
Apalagi kata Dhonie yang kini mengelola lembaga kompetensi penyiaran ini, televis digital kualitas gambar dan suara lebih baik dari TV Analog.
Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Abdul Khadir menyampaikan bahwa saat ini UU Omnibus Law secara khusus sedang digodok di DPR.
“Masukan yang positif yang baik dari masyarakat akan ditampung, pasalnya saya belum lihat dan baca UU ini yang mengatur soal penyiaran. Kami akan memberikan masukan juga ke pimpinan Panja. Kalau waktu lalu pembahasan soal perfilman saya masuk pimpinan Panja, tapi kali ini saya tak masuk,” tegas politisi PKS ini.
Beralih ke digital maka kata Abdul, ada banyak hal yang perlu diperbaiki. Biar siaran kita ke depan lebih bermutu.
Sementara Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie lebih menitik beratkan ke sisi profit dari TV.
“Di Amerika ada 17 dari 50 negara bagian khususnya video streaming membayar tax 1 persen. Yang teralhir Delaware atau first state negara bahian pertama di selain Connecticut dan Washington DC. Tak hanya itu, jika kita mengontrak siaran baik premium, cable dan broadcast maka ada tax atay pajak,” kata Jerry.
Program olahraga type Cable (ESPN) ujar Jerry, setiap bulan biayanya 30 dollar US, Bayangkan saja siaran olahraga misalkan American Football, Baseball, Basket, Tinju dan Tenis paling digemari di negeri Paman Sam ini. Nonton tinju saja biasanya $100 jadi negara sangat diuntungkan.
Berbeda dengan kita regulasi harus diatur, dalam hal ini bukan negara untung tapi buntung.
“Film serial TV saja dikenakan pajak contoh acara “The Simpson : The Trouble With Billions”. Bayangkan pendapatan siaran TV Series di California ini saja mencapai $14,5 yakni siaran “The Orville”.
Ke depan siaran bermutu harus dikedepankan kalau lerlu ada konten khusus sport, sains dan historical bukannya didominasi acara hantu-hantu dan tahyul.
“Saya survei banyak irrational program seperti ilusi, occultisme kita kurang tang rational program. Rata-rata konten yang tak edukatif. Lebih banyak ke settingan program. Bisa saja ini konotasinya program ‘hoax’. Saya sudah nonton ratusan program di Amerika tak saya dapati acara setan-setan dan tahkyul,” kata Jerry.
Selanjutnya ujar Jerry, Indonesia tertinggal dengan Singapura, Malaysia tahun ini Vietnam dan Thailand sudah beraluh ke digital. AS telah menggunakan TV digital pada 2009, Jepang 2011 dan Korea 2012. Kini, sebanyak 85 persen di dunia sudah beralih ke digital.
Jerry pun memuji siaran yang ditayangkan, pasalnya sudah banyak program bernuansa nasionalis misalkan lagu nasional dan program bernuansa nasionalisme.