ESENSINEWS.com – Sejumlah gagasan dan ide brilian tertuang dalam webinar Agama Cinta bekerjasama dengan Political and Public Policy Studies (P3S) yang bertajuk : “Waspada! Penumpang Gelap dalam Pilkada Serentak 2020” Minggu (11/10/2020).
Acara ini diawali kata sambutan dari Gus Soleh Mz.
Saat menyampaikan pemikirannya, Penasehat Perludem dan peneliti Kepemiluan Titi Anggaraini mengatakan perlunya mengantisipasi secara maksimal penumpang gelap pada pillada serentak.
“Memang biaya pilkada serentak kal ini termasuk paling mahal diantara pilkada sebelumnya, lantaran di gelar di tengah Covid-19,” kata mantan koordinator Perludem ini.
Selanjutnya kata Titi, antisipasi penumpang gelap sesungguhnya itu harus disaring oleh partai politik kepada calon kepala daerah yang diusung.
“Kita mengaku sebagai negara demokrasi tetapi tingkat korupsinya sangat tinggi. Lembaga yudisial kita belum mandiri karena harus diperhatikan.
“Praktek korupsi adalah salah satu bagian dari perbuatan penumpang gelap untuk mencapai tujuannya. Sulit sekali bagi pemilih untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang kandidat,” ujarnya.
Selanjutnya pakar komuniasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Siombing menjelaskan, pean politik penumpang gelap tidak lepas dari posisinya dan bisa dilihat dari pesan pesan lewat kampanye.
Begitu pula tegasnya terkait eksploitasi Agama, Suku dalam pilkada. Yang tidak sesuai dengan Pancasila adalah penumpang gelap.
Sedangkan Peneliti Senior CSIS lebih menekankan seputar demo anarkis, bakar bakaran itu justru merusak sistem politik Demokrasi kita itu adalah tindakan penumpang gelap.
“Penyesatan karena tidak tau tapi juga tau tapi segaja, itu penumpang gelap.
Sementara Pengamat Politik Political and Public Policy Studies Jerry Massie mengatakan Penumpang gelap itu bisa melalui sepeda, sepeda motor, angkutan umum, kereta yang punya niat merusak orang lain disekitar
“Penunggang gelap pada pilkada terhadap kandidat tertentu salah Penumpang Gelap.
Bahkan katanya, political underground (Politik bawah tanah) bahkan black politics atau politik hitam bakal dimainkan dan ini adalah ciri-ciri penumpang gelap.
Selain itu, dia memaparkan sejunlah iu yang bakal laris di antaranya isu SARA, sampai hoax.
“Jangan jangan calon kepala daerah adalah ‘Penumpang Gelap’ itu sendiri. Saat ini dibutuhkan pemimpim yanh kredibel dan jujur,
Sedangkan mantan ketua GMNI Chrisman Damanik merujuk pada seputar isu agama, suku, dan budaya karena itu karakter penumpang gelap.
“Harus tau bagai bentuk/ waja dari penumpang gelap. Untuk itu, Pentingnya Pancasila sebagai dasar untuk bergerak maju khususnya dalam penyelenggaran pilkada serentak 2020.
Selanjutnya, perlu ada sangsi tegas kepada calon kepala daerah yang lakukan money politic.
Oleh karena itu ujarnya, perlu antisipasi penumpang gelap pada pilkada serentak 2020.
Sementara analis politik Pangi Syarwi Chaniago lebih menyoroti ke praktik kotor dalam lapangan.
“Dalam pilkada terjadi konspirasi antara calon dan pemberi modal. Saya banyak jumpai. Tapi dalam survey kami satu darerah sekitar 30 persen tak pusing soal visi-misi dari kanditat yang dipilihnya. Atau mereka tak peduli apa mau dilakukan atau tidak,” kata Bang Ipang sapaan akrabnya.
Memang oligarki tumbuh pesat di Indonesia bukan hanya itu saja sampai ke politik dinasti tumbuh subur.
Tapi dia menyarankan agar memilih pemimpin yang berkualitas.