ESENSINEWS.com – Hasil uji klinis tahap ketiga vaksin corona dari Sinovac di Bandung akan diumumkan pada pertengahan Oktober. Total ada 102.451.500 orang akan divaksin dalam lima tahap sepanjang tahun, mulai Januari 2021. Sementara perwakilan Sinovac sendiri akan meninjau pelaksanaan uji vaksin Covid-19 di Bandung, dalam waktu dekat.
Langkah ini pun diiringi dengan keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai otoritas yang berwenang dalam perizinan vaksin akan ke Beijing untuk membicarakan secara tekhinis menyiapkan detail rencana vaksinasi Covid-19 dalam dua pekan.
”Vaksin sudah ada, itu tinggal langsung implementasi, pelaksanaan di lapangan,” terang Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, dalam rapat terbatas secara virtual mengenai Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, dikutip Fin.co.id, Selasa (29/9/2020).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, penyuntikan dosis kedua vaksin Sinovac di Bandung telah dilakukan pada pertengahan September lalu. Setelah itu, pemerintah akan mengumumkan hasil uji pada pertengahan bulan depan.
”Bagaimanapun, pemerintah tidak hanya mengandalkan satu sumber dalam pengadaan vaksin. Selain Sinovac, pemerintah juga menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi lain. Di antaranya, Pfizer, Johnson and Johnson, Astra Zeneca dan Cansino Biologics,” jelasnya.
Menurut dia, perusahaan tersebut sudah berkoordinasi dan mengirimkan confidentiality agreement kepada Kementerian Kesehatan. ”Ini menunjukkan pemerintah sudah bekerja sama dengan berbagai institusi yang melakukan riset dan pengembangan dalam rangka persiapan mendapatkan akses vaksin,” kata Airlangga.
Pemerintah juga sedang menyiapkan peraturan presiden (Perpres) untuk melaksanakan vaksinasi Covid-19 terhadap rakyat Indonesia, kata Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Perpres tersebut dalam proses permintaan paraf menteri sedangkan substansi telah disempurnakan dengan memasukkan poin untuk kondisi kahar (force majeure). Kemudian pemerintah juga menyiapkan peta jalan vaksinasi dengan membentuk tim teknis penyusunan, melakukan review timeline. Penyusunan konsep peraturan menteri kesehatan serta sinkronisasi strategi komunikasi publik.
Selanjutnya disiapkan juga dashboard tracing vaccine program untuk melacak mereka yang sudah divaksin dan mengetahui efektivitasnya. Sedang dilakukan penyusunan one single data dengan basis data BPJS dan Dukcapil Kementerian Dalam Negeri serta telah diperoleh daftar parameter untuk penyusunan daftar prioritas penerima vaksin untuk penguatan tracing.
Terkait kebutuhan anggaran, menurut Airlangga, perhitungan total kebutuhan vaksin Rp37 triliun untuk 2020-2022 dengan estimasi uang muka Rp3,8 triliun pada 2020 dan pada RAPBN 2021 telah dialokasikan Rp18 triliun.
Pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan ketersediaan vaksin Covid-19, tenaga kesehatan dan kesiapan sarana dan prasarana sistem kesehatan. Vaksin akan diberikan dua dosis/orang dengan jarak 14 hari untuk membentuk kekebalan (antibodi) Covid-19.
Pemberi layanan vaksinasi adalah dokter, perawat dan bidan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, swasta, serta institusi pendidikan dan dapat melibatkan otoritas kesehatan di pintu masuk negara (Kantor Kesehatan Pelabuhan).
Untuk diketahui, jumlah kematian akibat virus corona baru di seluruh dunia telah melampaui satu juta, sementara jumlah kasus di atas 33 juta. Menurut data Johns Hopkins University, AS. Sementara AS memimpin dengan lebih dari 7,1 juta kasus dan 205.000 kematian, Brazil telah kehilangan 142.000 orang dengan lebih dari 4,7 juta kasus yang dilaporkan, dan di India lebih dari 95.000 orang meninggal dalam lebih dari enam juta kasus.
Sementara Cina mencatat sekitar 90.000 kasus dan 4.700 kematian, dan di Turki keseluruhan kasus mencapai 315.800 dengan 8.062 kematian. Tak lama setelah jumlah korban meninggal dunia akibat penyakit itu mencapai 1.000.555, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut jumlah besar baru itu sebuah tonggak yang menyakitkan dan mengatakan itu adalah angka yang mematikan pikiran.
Memperhatikan bahwa mereka yang meninggal adalah ayah dan ibu, istri dan suami, saudara laki-laki dan perempuan, teman dan kolega, kepala PBB tersebut mengatakan rasa sakit telah berlipat ganda dengan kebuasan penyakit ini. ”Bagaimana kamu mengucapkan selamat tinggal tanpa berpegangan tangan, atau memberikan ciuman lembut, pelukan hangat, bisikan terakhir Aku mencintaimu?” kata Guterres.
Menurut dia, penyebaran virus masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, sementara banyak orang telah kehilangan pekerjaan, terganggunya pendidikan, serta banyak lainnya menghadapi pergolakan hidup. Terdapat lebih dari 170 vaksin yang menjadi kandidat untuk penyembuhan Covid-19 yang perkembangannya dipantau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dari jumlah tersebut, 142 kandidat vaksin berada pada fase praklinis dan belum diujicobakan pada manusia. Sementara 29 kandidat di antaranya berada di Fase 1 dan diujicoba dalam skala kecil, 18 kandidat berada di Fase 2 dengan peningkatan keamanan, serta sembilan kandidat telah berada di Fase 3 dan diujicoba dengan skala besar. Namun, belum ada vaksin yang disetujui untuk penggunaan umum.
Cina sendiri telah menggunakan vaksin Covid-19 eksperimental pada ribuan orang sejak Juli melalui program darurat, dan saat ini memiliki 11 vaksin dalam uji klinis dan empat di fase tiga. Dokter Turki pada Senin memberikan suntikan pertama vaksin virus corona kepada petugas kesehatan, ketika Fakultas Kedokteran Cerrahpasa Universitas Istanbul telah memulai uji coba tahap tiga.
WHO memperkirakan vaksinasi luas di seluruh dunia paling cepat dapat dilakukan pada pertengahan 2021. Sampai vaksinasi yang berhasil dikembangkan dan didistribusikan ke seluruh dunia, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa Vitamin D mampu mengurangi risiko infeksi Covid-19 dan risiko kematian terhadap mereka yang membawa virus tersebut.
”Direkomendasikan bahwa meningkatkan status vitamin D pada populasi umum dan khususnya pasien rawat inap memiliki potensi manfaat dalam mengurangi keparahan morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan penularan Covid-19,” jelasnya berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh 11 peneliti dan dipublikasikan di jurnal sains PLOS One.