Untuk mendapatkan data itu, Amnesty International secara teratur meninjau dan mengumpulkan data terkait kematian di antara petugas medis dari berbagai sumber.
Di antara sumber-sumber tersebut adalah tokoh pemerintah, data yang dikumpulkan oleh asosiasi medis nasional, dan daftar berita kematian yang diterbitkan di media seluruh dunia.
“Lebih dari 7.000 orang meninggal saat mencoba menyelamatkan orang lain adalah krisis dalam skala yang mengejutkan,” kata Kepala Keadilan Ekonomi dan Sosial di Amnesty International, Steve Cockburn, dalam laman resmi Amnesty Intenational, 3 September 2020.
“Setiap pekerja kesehatan memiliki hak untuk merasa aman di tempat kerja dan ini adalah skandal bahwa begitu banyak orang yang harus membayar mahal,” lanjut dia.
Menurut Cockburn, angka kematian petugas kesehatan yang tinggi terjadi di negara-negara, seperti Meksiko, Brazil, dan Amerika Serikat.
Dia pun menyerukan kerja sama global untuk memastikan semua petugas kesehatan mendapat alat pelindung yang memadai, sehingga dapat melanjutkan pekerjaan penting tanpa mempertaruhkan nyawa mereka.
Selain itu, Steve juga meminta agar pemerintahan berbagai negara mendengarkan para petugas kesehatan yang berbicara mengenai kondisi kerja mereka.
“Mereka harus mendengarkan petugas kesehatan yang berbicara tentang kondisi kerja mereka dan menghormati hak mereka untuk berorganisasi,” kata dia.
“Selama pandemi, pemerintah telah memuji petugas kesehatan sebagai pahlawan, tetapi keadaan ini hampa ketika begitu banyak pekerja yang meninggal karena kurangnya perlindungan dasar,” ujar Cockburn.
Berikut rincian 10 negara dengan jumlah kematian petugas medis terbanyak:
Jumlah tersebut lebih dari dua kali lipat lebih banyak dari laporan Juli ketika Amnesti menemukan 3.000 petugas kesehatan meninggal dunia.
Tingginya angka tersebut didorong oleh meningkatnya angka infeksi virus corona di beberapa negara serta ketersediaan sumber data baru.
Pada Juli 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa lebih dari 10 persen infeksi global berasal dari petugas medis.
“Banyak petugas kesehatan juga menderita kelelahan fisik dan psikologis setelah berbulan-bulan bekerja di lingkungan yang sangat stres,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari DW, 17 Juli 2020.
Risiko paparan ini adalah alasan mengapa pekerja medis di beberapa negara marah atas rendahnya ketersediaan alat pelindung diri.
Berdasarkan data dari wabah SARS tahun 2002 dan 2003, WHO menyebut 21 persen kasus dalam pandemi itu dialami pekerja medis.
Pola serupa muncul di kalangan pekerja medis yang menangani pasien Covid-19.