Hotel Grand Preanger adalah salah satu hotel tertua di kota Bandung yang masih setia mempertahankan berbagai elemen sejarah yang ada. Bahkan hotel yang terletak sangat dekat dengan titik kilometer 0 kota Bandung ini juga terdaftar sebagai cagar budaya.
Sejarah panjang hotel ini bisa dirunut bahkan sejak 1897 silam. Hotel bintang 5 ini berawal dari sebuah toko roti. Toko roti ini terletak di area di mana Hotel Grand Preanger berdiri.
Priangan planters atau para pemilik perkebunan sering menghabiskan akhir pekan mereka di Bandung dan kebutuhan utama mereka disediakan oleh toko roti tersebut.
Namun toko roti tersebut malah mengalami kebangkrutan pada 1897. Kemudian seorang Belanda bernama W.H.C Van Deeterkom mengubah toko roti tersebut jadi sebuah hotel yang diberi nama Hotel Thiem.
“Dulu bangunannya belum seperti ini. Kalau sekarang kan gayanya art deco, kalau dulu victoria,” kata Director of Sales Grand Preanger, Lian Eka Yuliana ketika ditemui Kompas.com, Jumat (17/7/2020).
Ketika pertama kali beroperasi sebagai Hotel Thiem, bentuk hotel memang belum seperti sekarang ini. Setelah itu tepatnya pada tahun 1920, nama hotel pun berubah menjadi Grand Hotel Preanger.
Grand Hotel Preanger kemudian mengalami renovasi pada tahun 1929. Proyek renovasi dan desain ulang ini dilakukan oleh C. P. Wolff Schoemaker dan dibantu oleh presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno yang merupakan muridnya.
Bangunan pun direnovasi dan didesain ulang dengan gaya art deco. Gaya arsitektur seperti inilah yang dipertahankan hingga kini.
Setelah bergaya art deco, bentuk bangunan Grand Hotel Preanger tak serta merta seperti sekarang ini.
Dahulu bentuknya bisa dibilang menyerupai huruf ‘U’, dengan bagian tengah yang kini menjadi lobby berupa taman terbuka.
Grand Hotel Preanger kemudian jadi ikon kota Bandung. Banyak tokoh terkenal pada masa itu yang sempat menginap di sana. Di antaranya adalah Charlie Chaplin dan Amelia Earhart.
Sumber : Kompas.com