ESENSINEWS.com – Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan kita harus melihat dengan jernih dari berbagai aspek bidang kehidupan sosial dalam rangka penyelesaian dampak Covid-19.
“Penyelesaian Covid-19 yang telah berdampak ke berbagai bidang sosial, maka penyelesaiannya tidak sederhana. Harus diselesaikan secara holistik,” ucap dia.
Selain itu ujarnya, Covid-19 muncul tiba-tiba yang menimbulkan persoalan extra ordinary, sehingga penanganannya pun harus extra ordinary pula. Tidak boleh dilakukan penanganan dengan biasa-biasa seperti keadaan kondisi normal.
“Covid-19 ini dengan segala dampaknya merupakan masalah luar biasa. Untuk itu memang dibutuhkan seorang pemimpin, menteri misalnya, harus melakukan trobosan-terobosan baru sebagai tindakan ektra ordinary,” ucap Emrus.
Di sisi lain, menurut Emrus Sihombing, pengelolaan negara dengan sistem multi partai pasti menguras perhatian, pikiran dan waktu bagi seorang presiden, siapapun presidennya di Indonesia.
Namun sayangnya kata Emrus Sihombing, masih ada menteri yang belum bekerja extra ordinary menghadapi masalah yang extra ordinary ini.
Kembali ke topik Webinar kita ini urainya, ya. semua orang pasti berdrama. Ada panggung belakang dan panggung depan. Idealnya, perilaku manusia di dua panggung ini, tidak jauh perbedaan antara panggung belakang dan di panggung depan. Kalau dikatakan apakah ini sandiwara, saya setuju. Pasti ada drama di balik ini. Ini wajar. Sebab setiap manusia, siapapun dia, berada di dua panggung ini.
“Merujuk pada berbagai masalah yang diakibatkan oleh Covid-19 dan sistem politik yang multi partai dengan segala kepentingan dan dinamika politik yang menyertainya, maka presiden Joko Widodo, menurut Emrus Sihombing, memiliki strong strong leadership memimpin negeri ini. Saya pikir Pak Jokowi punya itu,” tegasnya.
Karena itu, sistem politik kita harus ditata ulang. Apakah masih harus tetap multi parta (10 partai) atau 2 saja. Siapapun presidennya, kalau dengan multi partai, sulit mempunyai full strong leadership,” jelas Emrus.
Lanjut katanya, dari aspek lain juga harus kita bongkar. Apakah perlu reshuffle? Kalau menteri tidak perform, reshuffle. Tapi menilainya jangan lihat dari satu kacamata saja, harus dinilai holistik. Lakukanlah reshuffle kepada menteri secara tepat dan selektif.
Menteri yang berkinerja bagus, harus kita apresiasi.