Rizal Ramli Sorot Usulan DPR Cetak Uang Rp400-600 Triliun

ESENSINEWS.com - Minggu/03/05/2020
Rizal Ramli Sorot Usulan DPR Cetak Uang Rp400-600 Triliun
 - ()
ESENSINEWS.com, JAKARTA – Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengusulkan kepada Bank Indonesia untuk mencetak uang sebesar Rp400-600 triliun guna menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah pandemi virus corona.

Terkait usulan tersebut ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan Bank Indonesia sederet risiko yang akan timbul jika bank sentral nekat mencetak uang lebih banyak dari biasanya. Salah satu dampak tersebut ialah inflasi. Peraderan uang yang tinggi namun tidak dibarengi pasokan produksi bisa membuat harga barang melonjak dan daya beli turun.

Josua yakin produk barang bakal berkurang karena harga tinggi. Efek dominonya, perusahaan bisa mengurangi jumlah tenaga kerja. Dampak lainnya, perekonomian merosot dan investasi tidak lagi menggairahkan. Jika BI mencetak uang dengan langkah yang tidak cermat maka stabilitas rupiah akan terganggu.

“BI juga menghindari kondisi seperti kejadian BLBI banyak penyelewengan. Kita harus banyak belajar dari pengalaman. Langkah BI saat ini sudah tepat dengan tidak mencetak uang,” kata Josua di Jakarta, belum lama ini.

Hal senada disampaikan oleh ekonom senior Rizal Ramli yang mengingatkan dampak buruk bagi perekonomian Tanah Air apabila cetak uang benar dilakukan.

“Amerika dan Jepang misalnya, mereka kuat secara ekonomi, jadi sah-sah saja mau melakukan macro pumping. Kalau kita (RI) mau ikut gaya yang sama: jangan mimpi! Ini bisa jadi sumber bancakan baru seperti yang pernah terjadi, yakni Skandal BLBI, di mana saat itu recovery hanya sebesar 25%. Kalau begitu nanti siapa yang mau tanggung jawab?” cuit Rizal dalam akun Twitter @RamliRizal

Meski demikian, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan pihaknya tidak akan mencetak uang tambahan untuk menambah dana maupun likuiditas perbankan atau menambal defisit anggaran pemerintah. Pertimbangannya, ia tidak ingin mengulang kasus BLBI yang menyebabkan inflasi hingga 67 persen.

“Salah satunya, BLBI kan bank sentral mengedarkan uang, penggantinya dikasih surat utang pemerintah. Surat utang pemerintahnya tidak kredibel, tidak kredibel karena suku bunga mendekati nol. Kemudian inflasi naik, bank sentral tidak menyerap surat utang pemerintah, likuiditas. Di tahun 98-99 inflasinya 67 persen, itu yang disebut pencetakan uang,” kenang Perry.

Dalam hal ini, BI lebih memilih melakukan kebijakan moneter lain demi menambah likuiditas. Seperti menurunkan giro wajib minimum (GWM) hingga membeli SBN di pasar sekunder. Perluasan operasi moneter juga dilakukan demi menambah likuiditas.

Selama Januari hingga April 2020, BI telah menggelontorkan Rp503,8 triliun melalui langkah quantitative easing guna mencukupi ketersediaan likuiditas perbankan di tengah pelamahan ekonomi akibat pandemi corona.


Warning: Undefined variable $post in /home/esensinews.com/public_html/wp-content/themes/kompasX/functions.php on line 101

Warning: Attempt to read property "ID" on null in /home/esensinews.com/public_html/wp-content/themes/kompasX/functions.php on line 101

Tinggalkan Komentar

Kolom

Mungkin Anda melewatkan ini

Bantu Korban Covid-19, Kombes Pol Christ Pusung Sumbang Gajinya untuk Warga Wusa

Bantu Korban Covid-19, Kombes Pol Christ Pusung Sumbang Gajinya untuk Warga Wusa

Pemerintah Sebut Literasi Digital di Papua Masih Jauh dari Tuntas

Pemerintah Sebut Literasi Digital di Papua Masih Jauh dari Tuntas

Ini Saran Yusril Mahendra Terkait UU Ciptaker yang Terlanjur Ditanda-tangani Presiden

Ini Saran Yusril Mahendra Terkait UU Ciptaker yang Terlanjur Ditanda-tangani Presiden

Eksisnya PLN Karena Ideologi, Keuangan Nomor Dua

Eksisnya PLN Karena Ideologi, Keuangan Nomor Dua

Indahnya Panorama di Gunung Kelir

Indahnya Panorama di Gunung Kelir

Tag

Baca Informasi Berita Aktual Dari Sumber terpercaya