100 Juta Penduduk di Dunia Bisa Terbunuh Tanpa Social Distancing

ESENSINEWS.com - Kamis/26/03/2020
100 Juta Penduduk di Dunia Bisa Terbunuh Tanpa Social Distancing
 - ()

ESENSINEWS.com – Pemerintah berkali-kali menekankan pentingnya social distancing atau jaga jarak sejauh 1 sampai 1,5 meter untuk mencegah penyebaran covid-19.

Permintaan jaga jarak ini bukan main-main, dengan terpisah 1,5 meter kamu bisa menyelamatkan nyawa kamu bahkan nyawa orang-orang yang ada di sekitar kamu. Mengingat virus corona covid-19 tersebar lewat droplets atau cairan yang bisa menjangkau sampai 1,5 meter.

Kalau tak percaya bahwa social distancing itu penting, tengoklah sejarah pandemi yang pernah melanda bumi ini.

Melansir BBC, social distancing memang senjata ampuh untuk melawan covid-19 saat ini.

Bukan pertama kalinya dunai diserang pandemi seperti ini. Dulu, saat perang dunia pertama akan berakhir, dunia pernah dilanda flu spanyol yang disebarkan oleh virus. Flu ini menjadi salah satu pandemi mematikan di dunia sepanjang sejarah dengan angka kematian diperkirakan mencapai 100 juta orang atau seperempat jumlah penduduk di dunia.

Ada alasan bagus mengapa jarak sosial menjadi strategi yang sangat penting dalam mengendalikan pandemi Covid-19.

Contoh kasusnya terjadi pada 1918 ketika pandemi berlangsung, dan masyarakat masih abai. Seperti yang terjadi di kota-kota besar Amerika Serikat yang justru melangsungkan parade di jalan-jalan untuk mempromosikan obligasi mereka. Saat itu diketahu 600 tentara sudah terinfeksi flu, namun pawai tetap diadakan.

Tapi, tidak dengan kota Saint Louis di Missouri. Saat itu mereka memilih membatalkan gelaran pawai, dan mulai membatasi pertemuan publik.

Alhasil sebulan kemudian, 10.000 orang meninggal di Philadelpia terkena flu Spanyol. Sementara jumlah kematian di Saint Louis akibat wabah tersebut tak sampai 700 jiwa.

Di sini tampak bahwa menjaga jarak dan membatasi pertemuan publik di kala pandemi sangatlah penting. Data menunjukkan, kota kota yang melarang adanya pertemuan publik, pementasan, bahkan menutup sekolah dan gereja memiliki tingkat kematian yang rendah akibat pandemi.

“Jaga jarak social mengacu pada cara menciptakan penghalang jarak fisik antara dua atau lebih orang sehingga penularan virus dapat dicegah atau dihentikan,” kata Arindam Basu, profesor epidemiologi dan kesehatan lingkungan di Universitas Canterbury, di Selandia Baru.

Kini hampir 100 tahun kemudian dunia kembali hadapi pandemi yang mematikan, dengan hadirnya covid-19. Sebagai pengingat, saat ini populasi penduduk dunia sudah mencapai 6 miliar lebih. Jauh lebih tinggi ketimbang 1918.

Saat ini, belum ditemukan vaksi atau obat yang efektif untuk menyembuhkan pasien terinfeksi virus corona.
“Dengan tidak adanya ini, taruhan terbaik kami didasarkan pada pencegahan,” kata Basu.
Banyak negara di seluruh dunia sekarang mengalami langkah-langkah berbeda dalam menegakkan jarak sosial untuk memperlambat penyebaran Covid-19.  Diantaranya, mengakhiri pertemuan massal, menutup ruang publik seperti pusat rekreasi, klub hingga menutup sekolah dan di beberapa tempat ada penguncian total dengan orang-orang yang dipaksa tinggal di dalam rumah.

Sementara isolasi diri adalah bentuk untuk menjaga jarak sosial. Serta karantina bertujuan untuk mencegah orang yang terinfeksi atau diketahui telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi menularkan virus.

Setiap orang yang terinfeksi dengan virus corona diperkirakan menularkannya pada rata-rata 2-3 orang lainnya pada tahap awal wabah.  Penularan ini diukur oleh ahli epidemiologi menggunakan sesuatu yang dikenal sebagai angka reproduksi.

Sebagai perbandingan, influenza memiliki angka reproduksi 1,06-3,4 tergantung pada jenisnya. Flu Spanyol ditemukan memiliki jumlah reproduksi sekitar 1,8 oleh satu penelitian.

Rhinovirus, yang merupakan salah satu penyebab flu biasa, memiliki angka reproduksi 1,2-1,83.  Sebagian besar perkiraan untuk Covid-19 telah menempatkan angka reproduksinya di antara 1,4-3,9.

Dalam satu bulan satu kasus dapat menyebabkan 244 kasus lainnya dengan cara ini dan dalam dua bulan, ini meningkat menjadi 59.604.

Masa inkubasi

Waktu antara infeksi dan gejala muncul telah ditemukan sekitar lima hari untuk Covid-19, meskipun dapat memakan waktu hingga 14 hari untuk munculnya gejala, menurut penelitian di Cina.

Jika Anda terinfeksi, dan terus bersosialisasi seperti biasa, kemungkinan Anda akan menularkan virus ke antara dua dan tiga teman atau anggota keluarga, yang masing-masing kemudian dapat menginfeksi 2-3 orang lebih lanjut.

Bahayanya, virus juga dianggap dapat menyebar dari orang yang telah terinfeksi tetapi belum menunjukkan gejala apa pun.  Satu studi oleh Lauren Ancel Meyers di University of Texas di Austin memperkirakan bahwa transmisi diam-diam ini dapat terjadi pada 10% kasus.  Diperkirakan 1-3% orang yang terserang penyakit akan tampak tanpa gejala.

Sudah ada beberapa bukti bahwa tinggal di rumah, dan menjaga jarak yang aman dari yang lain, dapat memperlambat penyebaran dan menghentikan efek domino ini.  Penelitian yang mengamati infeksi di Wuhan menunjukkan bahwa pengenalan tindakan kontrol skala besar membuat jumlah reproduksi di kota turun dari 2,35 menjadi hampir satu.

Salah satu tujuan utama dari social distancing adalah untuk meratakan kurva yang berarti menunda penyebaran virus sehingga menjangkau orang lebih lambat terkena virus.

Usia populasi, serta cara orang hidup dalam masyarakat, memiliki dampak besar pada bagaimana Covid-19 menyebar, menurut para peneliti di Oxford University dan Nuffield College.

Jennifer Dowd dan rekan-rekannya melihat demografi dan penyebaran penyakit di berbagai belahan dunia.  Di Italia, yang memiliki populasi yang lebih tua dan keluarga antar generasi cenderung hidup lebih dekat bersama, virus Covid-19 telah merenggut lebih banyak nyawa.

Itu karena tingkat kematian pada orang di atas 80 diperkirakan pada 14,8%, dibandingkan dengan 0,4% untuk mereka yang berusia antara 40 dan 49, menurut penelitian mereka tentang kasus dan kematian hingga 13 Maret.

Kendati demikian, jarak sosial tidak selalu berarti menghentikan semua kontak.  Tidak seperti pada tahun 1918, saat ini ada banyak cara bagi orang untuk tetap berhubungan dengan orang yang dicintai.  Teknologi telah membawa kita media sosial, aplikasi pesan, dan panggilan video online.

 

 

Sumber : CNBC


Warning: Undefined variable $post in /home/esensinews.com/public_html/wp-content/themes/kompasX/functions.php on line 101

Warning: Attempt to read property "ID" on null in /home/esensinews.com/public_html/wp-content/themes/kompasX/functions.php on line 101

Tinggalkan Komentar

Kolom

Mungkin Anda melewatkan ini

Frans Mawitjere Sebut Manado Kota Smart City Didukung oleh Smart People

Frans Mawitjere Sebut Manado Kota Smart City Didukung oleh Smart People

Tahun Ini, Subsidi Energi Tembus Rp150 Triliun

Tahun Ini, Subsidi Energi Tembus Rp150 Triliun

Sejumlah Aktivis KAMI Ditangkap, Fahri Hamzah: Pak Jokowi dan Pak Kiyai, Kenapa Semua Harus Dibui?

Sejumlah Aktivis KAMI Ditangkap, Fahri Hamzah: Pak Jokowi dan Pak Kiyai, Kenapa Semua Harus Dibui?

Polisi Harus Turun Tangan Berantas Praktek Bisnis Prostitusi Online

Polisi Harus Turun Tangan Berantas Praktek Bisnis Prostitusi Online

Artis Tenar di Era 90-an Inneke Koesherawati Diamankan KPK di Lapas Sukamiskin

Artis Tenar di Era 90-an Inneke Koesherawati Diamankan KPK di Lapas Sukamiskin

Tag

Baca Informasi Berita Aktual Dari Sumber terpercaya