Esensinews.com – Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mendukung generasi muda untuk menciptakan berbagai solusi berbasis teknologi guna memecahkan akar permasalahan khususnya dalam ketahanan pangan.
Hal di atas mengemuka dalam Temu Nasional XI BEM Nusantara yang bertajuk Memperkokoh Kebangsaan Mempersatukan Gerakan Untuk Bersiap Menghadapi Revolusi Industri 4.0, di Universitas Islam Sumatera Utara, Selasa (12/3/2019).
Di hadapan sekitar 400 mahasiswa Kepala Staf Kepresidenan mengharapkan agar peserta mampu menciptakan inovasi-inovasi teknologi untuk memecahkan permasalahan. “Kami selaku pemerintah terus mendorong anak-anak muda untuk mampu membuat sebuah perubahan dan inovasi terhadap teknologi guna menyelesaikan berbagai permasalahan yang kita hadapi khususnya dalam pemecahan permasalahan pangan.” ucapnya.
Ditekankan Moeldoko, ”Walaupun di depan ini kita menghadapi Revolusi Industri 4.0, tetapi persoalan pangan tetap menjadi isu yang paling krusial di negara kita setiap waktunya. Ini sesuai dengan kutipan yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia pertama Alm. Soekarno, pangan adalah persoalan hidup dan matinya suatu bangsa.”
Dalam paparannya, Panglima TNI 2013-2015 ini menjelaskan, dalam global hunger index, Indonesia secara konsisten membaik dari tahun 2000 hingga 2018. Indonesia juga masih dihadapkan dengan stunting dan wasting yang masih menjadi pesoalan yang harus generasi muda pahami, karena ini menjadi dasar permasalahan jika ingin membangun generasi manusia yang siap menghadapi persaingan global.
Sementara itu Pelaksana Tugas (PLT) Rektor Universitas Islam Sumatera Utara Dr. Lisna Andriani berharap kehadiran Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia mampu memberi pencerahan bagi peserta acara, “Saya berharap agar mahasiswa-mahasiswi yang hadir bisa tercerahkan dari paparan Kastaf Presiden mengenai pentingnya pembahasan ini, sehingga harapan kita semua bahwa adik-adik kita ini nantinya bisa menjadi Agent of Change,” jelasnya.
Dalam sesi tanya jawab mahasiswi Universitas Islam Riau, Winda Herman bertanya soal sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal ketahanan pangan.
Menurut Moeldoko, pemerintah terus melakukan sinergi dengan semua instansi yang mengurus pangan agar ke depannya semua pemangku kepentingan dapat bersatu padu dalam menghadapi sebuah persoalan, karena kelemahan kita semua saat ini masih seputar lemahnya data yang kita punya.
Dalam persoalan jagung misalnya, pemerintah pusat tidak ingin jika harga naik, konsumen akan kecewa. Begitu juga sebaliknya ketika harga turun tetapi para petani yang menjerit. Hal-hal yang seperti ini yang sangat diperhatikan supply & demand karena kedua sisi ini sangatlah mempengaruhi satu sama lainnya.
Narahubung:
Gabriel Sujayanto
08129556622
KSP Dorong BEM Nusantara Ciptakan Solusi Ketahanan Pangan Berbasis Teknologi
Medan, 12 Maret 2019
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko SIP mendukung generasi muda untuk menciptakan berbagai solusi berbasis teknologi guna memecahkan akar permasalahan khususnya dalam ketahanan pangan.
Hal di atas mengemuka dalam Temu Nasional XI BEM Nusantara yang bertajuk Memperkokoh Kebangsaan Mempersatukan Gerakan Untuk Bersiap Menghadapi Revolusi Industri 4.0, di Universitas Islam Sumatera Utara, Selasa (12/3/2019).
Di hadapan sekitar 400 mahasiswa Kepala Staf Kepresidenan mengharapkan agar peserta mampu menciptakan inovasi-inovasi teknologi untuk memecahkan permasalahan. “Kami selaku pemerintah terus mendorong anak-anak muda untuk mampu membuat sebuah perubahan dan inovasi terhadap teknologi guna menyelesaikan berbagai permasalahan yang kita hadapi khususnya dalam pemecahan permasalahan pangan.” ucapnya.
Ditekankan Moeldoko, ”Walaupun di depan ini kita menghadapi Revolusi Industri 4.0, tetapi persoalan pangan tetap menjadi isu yang paling krusial di negara kita setiap waktunya. Ini sesuai dengan kutipan yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia pertama Alm. Soekarno, pangan adalah persoalan hidup dan matinya suatu bangsa.”
Dalam paparannya, Panglima TNI 2013-2015 ini menjelaskan, dalam global hunger index, Indonesia secara konsisten membaik dari tahun 2000 hingga 2018. Indonesia juga masih dihadapkan dengan stunting dan wasting yang masih menjadi pesoalan yang harus generasi muda pahami, karena ini menjadi dasar permasalahan jika ingin membangun generasi manusia yang siap menghadapi persaingan global.
Sementara itu Pelaksana Tugas (PLT) Rektor Universitas Islam Sumatera Utara Dr. Lisna Andriani berharap kehadiran Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia mampu memberi pencerahan bagi peserta acara, “Saya berharap agar mahasiswa-mahasiswi yang hadir bisa tercerahkan dari paparan Kastaf Presiden mengenai pentingnya pembahasan ini, sehingga harapan kita semua bahwa adik-adik kita ini nantinya bisa menjadi Agent of Change,” jelasnya.
Dalam sesi tanya jawab mahasiswi Universitas Islam Riau, Winda Herman bertanya soal sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal ketahanan pangan.
Menurut Moeldoko, pemerintah terus melakukan sinergi dengan semua instansi yang mengurus pangan agar ke depannya semua pemangku kepentingan dapat bersatu padu dalam menghadapi sebuah persoalan, karena kelemahan kita semua saat ini masih seputar lemahnya data yang kita punya.
Dalam persoalan jagung misalnya, pemerintah pusat tidak ingin jika harga naik, konsumen akan kecewa. Begitu juga sebaliknya ketika harga turun tetapi para petani yang menjerit. Hal-hal yang seperti ini yang sangat diperhatikan supply dan demand karena kedua sisi ini sangatlah mempengaruhi satu sama lainnya.