Esensinews.com – Lagi-lagi Hercules ditahan. Laki-laki eksentrik bernyali besar ini kembali berurusan dengan polisi. Ia ditangkap oleh anggota Polres Metro Jakarta Barat pada Rabu (21/11/2018), terkait dugaan penguasaan lahan dan intimidasi terhadap pemilik lahan resmi.
Kapolres Metro Jakarta Barat Hengki Haryadi, seperti dikutip Antara, menyatakan Hercules ditangkap di Kompleks Kebon Jeruk Indah Blok E 12 A Kembangan Jakarta Barat.
Menurut Hengki, kasus Hercules terkait dengan penangkapan 23 orang yang menguasai lahan bersertifikat dan melakukan intimidasi terhadap pemilik lahan di Kalideres, Jakarta Barat pada Selasa (6/11/2018).
“Mereka berasal dari kelompok Hercules, tertangkap pada saat melakukan pembongkaran pada pagar arkon, melakukan intimidasi penjaga lahan, mengusir dan menguasai lahan dengan dalih kelompok tersebut dapat kuasa dari pemilik hak,” ungkap Hengki.
Orang-orang yang berasal dari kelompok Hercules itu, lanjut Hengki, menyebarkan ketakutan ke masyarakat.
Berurusan dengan polisi memang bukan sesuatu baru bagi Hercules. Pada suatu masa, ia pernah berjaya sebagai preman yang ditakuti dan dianggap sebagai kepala preman dari timur.
Hercules lahir di Timor Leste ketika wilayah itu masih bernama Timor Portugal. Dia tak menjadi petani kopi seperti orang-orang sekampungnya. Dia memilih jalan hidupnya sendiri hingga namanya berkibar di Jakarta. Sementara itu, kampung halamannya tinggallah masa lalu.
Rosario de Marshall jadi remaja yang tumbuh dalam kekacauan di tanah kelahirannya. Remaja ini lahir sekitar 1960-an. Ketika Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memasuki kawasan Timor, seharusnya bocah ini sedang asyik menikmati masa-masa sekolah. Berubahnya kondisi politik di daerah jajahan Portugal itu memaksa Rosario terlibat dalam huru-hara.
Pada pertengahan 1970-an, ada dua kubu bertikai di negeri kelahirannya: kelompok pro-kemerdekaan yang bernama Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente (Fretilin) melawan kelompok pro-integrasi dengan Republik Indonesia.
Orangtua Rosario, seperti dicatat Helene van Klinken dalam Anak-anak Timtim di Indonesia (2014: 123), terbunuh dalam sebuah pemboman di Ainaro pada 1978. Ketika itu, Rosario masih berumur belasan tahun.
Setelah melewati berbagai kekacauan, dia dijadikan Tenaga Bantuan Operasi (TBO) di lingkaran korps baret merah yang bertugas di Timor Timur. Dalam komunikasi ABRI di radio, Rosario punya nama sandi. Dia diberi nama mirip jagoan Yunani Kuno, Hercules. Panggilan itu sulit untuk tidak diterima banyak pihak. Laki-laki ini memang dikenal sangar dan bernyali besar, seperti Hercules yang kuat dalam mitologi Yunani.
Kala itu korps baret merah masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda) dan beberapa saat kemudian berubah menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Zacky Anwar Makarim, salah satu anggota baret merah di sana, menuturkan bahwa Hercules yang dicap perusuh itu kemudian dijadikan tukang masak, lalu penjaga gudang.
Jadi TBO bukan perkara mudah bagi banyak orang Timor Timur. Intel-intel ABRI selalu waspada. Jangan sampai ada penyusup Fretilin bikin kacau. Menurut penuturan Gatot Purwanto, juga bekas pasukan baret merah di Timor Timur, kepada Tempo(21/11/2010), Hercules akhirnya dipercaya Kopassus dan tidak dianggap mata-mata Fretilin. “Kan ada juga yang jadi mata-mata, atau pura-pura bantu padahal mencuri peluru atau obat-obatan sedikit demi sedikit,” ujar Gatot.
“Di sana saya membantu segala-galanya, hingga memegang gudang logistik Kopassus,” aku Hercules dalam buku Kick Andy: Kumpulan Kisah Inspiratif (2008: 163-164). Hercules pernah masuk acara “Kick Andy” yang dipandu Andy F. Noya.
Banyak mantan perwira Kopassus yang pernah bertugas di Timor Timur mengenalnya. “Dia itu anak buah saya,” klaim Gatot.
Hercules tidak hanya dekat dengan Gatot dan Zacky. Hampir semua orang tahu Hercules juga kawan daripada Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB), ormas yang dibentuknya, merapat ke Gerindra dan mendukung penuh Prabowo pada Pilpres 2014.
Setelah Indonesia berhasil mencaplok Timor Leste, sekolah-sekolah Indonesia didirikan di sana. Namun, anak-anak yang sudah terbiasa dalam kondisi perang agak kesulitan mengikuti pelajaran sekolah seperti kawan-kawan seusianya. Hercules juga demikian.
Akhirnya, ia pun memilih berangkat ke Jakarta. Helene van Klinken menyebut Makarim lah yang membawa Hercules ke ibu kota Indonesia itu, bersama sepuluh pemuda Timor lainnya. Banyak yang menyebut Hercules dibawa ke Jakarta karena harus dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Ia terluka dan membuatnya kehilangan tangan kanan dan mata kiri.
Jakarta merupakan kehidupan baru bagi Hercules. Perawatan di rumah sakit tentu saja membosankan. “Saya mau mandiri. Tiba di Tanah Abang, saya tinggal di kolong jembatan,” ujar Hercules.
Sulit bagi Hercules atau kawan-kawan sedaerah asalnya untuk bertahan hidup. Mereka biasa hidup dalam ketegangan. Mereka tak punya keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di ibu kota.
Hercules dan kawan-kawan pun menjalani hidup penuh bahaya, seperti di Timor Timur. Bedanya, bila di Timor Timur dia menjadi TBO, di Jakarta dia menjadi preman.
Dalam banyak pemberitaan koran nasional, Hercules digambarkan sebagai kepala preman yang pernah berkuasa di Tanah Abang. Kemana-mana dia selalu menenteng golok dan amat ditakuti lawan-lawannya.
Seperti dalam film-film mafia, ada masa seorang gangster harus tumbang oleh saingannya setelah menikmati masa kejayaan. Hercules dan pengikutnya juga demikian. Mereka harus kehilangan wilayah Tanah Abang setelah dikalahkan oleh Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing beserta pengikutnya pada 1996.
Lama setelah konflik antara dua jagoan itu, Hercules yang kalah dan tersingkir tetap disegani. “Hercules sebenarnya orang baik. Anak buahnya yang ngotorin namanya. Tapi itu dulu. Sekarang saya berteman baik dengan Hercules. Dia memang orang baik,” kata Ucu.
Setelah tersingkir dari Tanah Abang, kelompok Hercules masih ada. Mereka kini lebih banyak bermain di sektor perdagangan yang legal sampai akhirnya Hercules tertangkap lagi. Lebih dari empat dekade sebelum berhadapan dengan para polisi yang menangkapnya pada Rabu (21/11/2018) kemarin, dia telah merasakan pertempuran sebenarnya dengan para kombatan di Timor Timur.
Hercules terluka parah hingga kehilangan tangan dan mata sebelah. Tapi ia enggan mengakui mengapa sampai begitu. “Enggak perlulah saya ceritakan. Timtim (Timor Timur) ibarat nasi sudah jadi bubur. Kalau saya ceritakan, nanti ada pihak-pihak yang tidak suka,” jelasnya di “Kick Andy”.
Timor Timur memang sudah menjadi masa lalu bagi Hercules. Ia lebih asyik bergelut di Jakarta—tempat dia dibawa tentara dari kampung halamannya.
Berbagai sumber