Esensinews.com – Jumlah serangan yang dilakukan para ekstremis sayap kanan di AS telah meningkat tajam dalam satu dasawarsa terakhir, kata sebuah laporan baru.
Laporan yang dirilis pekan lalu oleh Pusat bagi Studi Strategis dan Internasional (CSIS), mendapati bahwa serangan-serangan ini terjadi antara 2016 dan 2017.
Riset CSIS itu juga menyebutkan beberapa insiden, seperti contohnya, serangan bom pipa baru-baru ini yang menarget beberapa politisi Demokrat dan para pengkritik Presiden AS Donald Trump, serta penembakan massal pada Oktober di sebuah sinagoge di Pittsburgh yang menewaskan 11 orang.
“Ada beberapa faktor yang mendorong maraknya ekstremisme sayap-kanan di AS,” kata Seth Jones, penulis laporan itu, kepada VOA.
“Pertama adalah meningkatnya penggunaan internet dan media sosial oleh kelompok-kelompok kanan-jauh seperti Neo-Nazis, ‘sovereign citizens’ dan lainnya. Kedua, adalah kaitan antara kelompok-kelompok ini dan orang-orang di luar negeri, terutama di Eropa, di negara-negara seperti Jerman, Ukraina, Italia dan bahkan Inggris,” kata Jones menambahkan dilansir VOA.
‘Sovereign citizens’ merujuk pada kelompok-kelompok yang merencanakan serangan terhadap target-target pemerintah, rasial, agama dan politik di AS.
“Faktor ketiga adalah beberapa perkembangan politik di AS. Peningkatannya dimulai sebelum presiden sekarang ini berkampanye dalam pilpres, tapi jelas ada peningkatan dalam sekitar dua tahun belakangan. Dan sepertinya banyak orang yang setidaknya merasa lebih berani.” kata dia.
Antara 2007 dan 2011, jumlah serangan yang dilakukan para ekstremis sayap-kanan paling banyak lima per tahun. Pada 2012, angkanya naik menjadi 14 dan tingkat yang serupa terjadi antara 2012 dan 2016. Tapi jumlahnya melonjak menjadi 31 pada 2017, menurut laporan CSIS tersebut.