Esensinews.com – Pada Oktober 2019, pemerintah AS akan menghabiskan uang sebanyak 6 triliun dolar AS atau sekitar Rp 88.000 triliun untuk membiayai berbagai perang dan operasi militer.
Demikian hasil sebuah studi yang dipublikasikan kantor berita Turki Anadolu, Rabu (15/11/2018).
Angka yang dihasilkan dari perhitungan Institut Watson Universitas Brown itu sudah termasuk akumulasi biaya tahun fiskal hingga September 2019 dan pengeluaran sebelumnya.
Semua biaya itu bukan hanya ongkos yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan tetapi semua institusi pemnerintahan sebagai konsekuensi perang.
Masuk di dalam perhitungan ini adalah biaya yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri, uang pensiun veteran, dan bunga utang perang.
Hasilnya, semua biaya perang ini amat jauh di atas angka 1,5 triliun dolar AS atau sekitar Rp 22.000 triliun.
“Jika AS terus menerus seperti ini, maka ongkos perang akan semakin membengkak, kecuali pemerintah berhenti mengirim tentara,” ujar Institut Watson.
Setelah Washington mengirimkan tentara untuk menghabisi Al Qaeda yang mendalangi serangan 11 September dan menyerang Taliban yang melindungi Al Qaeda, perang tak berhenti di situ.
Washington juga melakukan invasi ke Irak dan mengirim militer ke berbagai belahan dunia untuk operasi penumpasan teroris.
Semua ini membuat target operasi bertambah, misi-misi khusus terus muncul, dan program intelijen global juga ikut meningkat.
Di Afghanistan dan Irak saja Washington sudah mengeluarkan biaya tak kurang dari 1,8 triliun dolar, meski penarikan mundur pasukan dari Irak sudah selesai pada 2011.
Namun, Washington kembali mengirim pasukan ke Irak dan Suriah untuk mendukung para sekutunya dalam menghadapi ISIS.
Sementara itu studi terpisah yang dilakukan Kongres menyebut militer AS akan kesulitan menang atau bahkan bakal kalah dalam perang melawan China atau Rusia.
Disusun oleh Komisi Strategi Pertahanan Nasional sebuah kelompok beranggotakan para mantan tentara, studi ini memperingatka Washington tidak sigap dalam menghadapi ancaman Moskwa dan Beijing.
Komisi ini mengusulkan kenaikan 3-5 persen anggaran Kementerian Pertahanan AS demi menghadapi ancaman kedua negara tersebut.
Sumber : Middle East Monitor