Esensinews.com – Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai besar kecilnya jumlah partai dalam sebuah koalisi bukan jaminan kemenangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019.
Hal ini dia sampaikan ketika ditanya tentang dampak bagi pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, jika caleg partai koalisinya tidak all out mengampanyekan pasangan nomor urut 02 itu.
Misalnya, seperti Partai Demokrat yang memberi keleluasaan bagi calegnya untuk berkampanye sesuai karakteristik daerah pemilihan masing-masing.
“Kalau saya tidak melihat besar kecilnya partai saat Pilpres. Pilkada menunjukan besar kecilnya koalisi yang dibangun calon kepala daerah itu ternyata tidak serta merta memberi jaminan kepala daerah itu menang,” ujar Siti di kompleks parlemen, dilansir kompas.com Selasa (13/11/2018).
Sebab, partai koalisi dinilai hanya untuk menyempurnakan pencalonan saja. Sama seperti calon wakil presiden yang hanya menyempurnakan capresnya.
Siti kemudian mencontohkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat Pilpres 2009. Ketika itu, SBY tak ragu menggandeng Boediono sebagai wakil presiden.
“Karena apa? Karena dia tahu dia di atas angin,” ujar Siti.
Pada akhirnya, penentu kemenangan tetap ada pada sosok capresnya. Bukan pada cawapres maupun seberapa banyak partai koalisi. Siti mengatakan hal ini juga berlaku pada Pilpres kali ini.
“Jadi seperti Sandiaga itu, menyempurnakan saja,” kata dia.
Sikap Demokrat
Sebelumnya, Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak menjawab secara tegas ketika ditanya apakah caleg partainya akan mengampanyekan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
AHY hanya menjawab caleg Demokrat akan menggunakan strategi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah pemilihan (dapil) dalam berkampanye.
“Yang jelas caleg tujuannya adalah untuk menang. Mendapatkan kursi sebagai wakil rakyat. Segala hal strategi dijalankan disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing,” kata AHY.
Ia mengatakan, Pemilu 2019 merupakan tantangan yang berat bagi Partai Demokrat yang tidak mengusung capres dan cawapres.
Hanya partai yang mengusung capres atau cawapres yang diuntungkan pada Pemilu 2019.
Dengan demikian, partai bisa mendapat limpahan suara dari tingginya elektabilitas capres atau cawapres yang diusung.
Karena tak mengusung capres atau cawapres, saat ini Demokrat mengedepankan figur para caleg di dapil masing-masing untuk meraih kursi.
Editor : Sinta Merry