“Di mana-mana memang begitu. Itu kampanye negatif namanya, you salah, kita ungkap kesalahan. Karena itu jangan berbuat salah, ya salah bicara, salah tindak, macam-macam,” jelasnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (13/11/2018).
Ditambahkannya, selain kampanye negatif, bentuk kampanye lainnya adalah positif dan hitam.
Berbeda dengan kampanye hitam yang cenderung fitnah, menurut dia, kampanye negatif merupakan suatu hal yang biasa dan tidak melanggar aturan apapun dalam kontestasi politik.
Disisi lain ujar Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, dirinya tak mempermasalahkan jika muncul banyak ungkapan maupun gimmick dari masing-masing calon sebelum pilpres tahun depan.
Sikap itu sebelumnya banyak dikritik sejumlah pihak lantaran dianggap tak substansial.
“Ya, ini kan masih lima bulan lagi. Nantilah visi misi (disampaikan) saat debat di TV, bicara program juga di situ,” katanya.
Seperti diketahui belakangan ini sejumlah pernyataan frontal dilontarkan Jokowi dalam berbagai kesempatan.
Contohnya, ketika Jokowi membagikan sertifikat tanah bagi warga Jakarta Selatan, Selasa (22/10), Jokowi mengingatkan masyarakat akan bahaya politikus sontoloyo. Kata dia, politikus sontoloyo memengaruhi masyarakat dengan isu-isu tak jelas.
Tak berhenti di situ, Jokowi kembali membuat retorika ofensif saat mengunjungi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11/2019). Kali ini Jokowi memakai istilah politik genderuwo sebagai gaya politik yang hanya menakut-nakuti masyarakat.