Esensinews.com – Penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi perkembangan kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Yasin Aktay, penasihat sekaligus pejabat Partai Keadilan dan Pembagunan (AKP) menyatakan, jenazah Khashoggi langsung dilenyapkan begitu dibunuh.
Kepada Hurriyet via AFP Jumat (2/11/2018), pelaku yang berjumlah 15 orang langsung melenyapkan jenazah itu menggunakan cairan asam.
“Menurut info terbaru yang saya dapat, alasan mereka memotong jenazah itu supaya mereka gampang melenyapkannya,” tutur Aktay.
Kepala Jaksa Penuntut Turki Irfan Fidan berkata, Khashoggi langsung dicekik segera setelah dia masuk ke konsulat Saudi di Istanbul 2 Oktober lalu.
Sesuai dengan skenario yang direncanakan, tubuhnya dimutilasi setelah jurnalis berusia 59 tahun tersebut telah tewas.
The Washington Post, media tempat Khashoggi bekerja, mengutip sumber penyelidik Turki yang berujar menemukan bukti biologis di kebun kediaman Konsulat Jenderal.
Bukti biologis itu memperkuat teori bahwa jenazah Khashoggi langsung dilenyapkan. “Mereka bahkan tidak perlu menguburnya,” kata sumber itu.
“Pelaku ingin memastikan tidak ada sisa-sisa jenazah Khashoggi yang bisa ditemukan. Jadi pernyataan jaksa penuntut bisa dipahami,” ujar Aktay.
Dia melanjutkan, membunuh Khashoggi merupakan kejahatan. “Namun memutilasi dan melenyapkannya adalah kejahatan yang sangat serius,” tegasnya.
Media Turki mewartakan, otoritas Saudi tidak mengizinkan kepolisian menggelar pencarian di lubang yang terletak di kebun rumah Konjen.
Namun, Saudi mengizinkan otoritas berwenang Turki mengambil sampel air untuk dianalisis. Khashoggi masuk ke konsulat Istanbul untuk mengurus dokumen pernikahan.
Saudi awalnya bersikukuh Khashoggi telah keluar dari gedung dengan selamat. Namun sumber penyelidik Turki mengungkapkan Khashoggi dibunuh dan dimutilasi.
Riyadh kemudian mengumumkan Khashoggi tewas akibat pertikaian sebelum jaksa penuntut mengakui kasus itu merupakan pembunuhan berencana.
Kasus Khashoggi membuat renggang hubungan antara Saudi dengan Amerika Serikat (AS), terutama Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan jajarannya membutuhkan waktu beberapa pekan sebelum memutuskan apakah bakal menjatuhkan sanksi kepada Saudi.
Editor : Divon