Hal itu dikatakan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, DR Rizal Ramli saat talkshow di salah satu televisi nasional, Jumat malam (12/10/2018).
Dia mengakui bahwa pendapatan Indonesia secara keseluruhan memang besar, karena telah menembus angka 1 triliun dolar AS.
Namun demikian, angka itu terbilang kecil jika melihat kembali penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta lebih.
“Kalau dibagi 250 juta itu berarti 3.800 dolar AS perkapita. Malaysia sudah 3 kali lebih tinggi. Jadi memang ironi di situ. Kenapa sumber alam banyak tapi rakyat miskin,” tutur dia.
Pria yang akrab disapa RR ini tidak sebatas mengkritisi kelemahan tersebut. Dia turut memberikan saran.
Mantan Menko Maritim itu menguraikan bahwa perbaikan sistem ekspor bisa menjadi solusi. Menurutnya, selama ini penghasilan ekspor Indonesia yang masuk sistem perbankan kurang dari 20 persen. Sementara 80 persen lebih berada di luar negeri.
“Yang masuk cuma modal kerja saja. Karena sistem kita, devisa kita bebas,” tegasnya.
Dia kemudian mencontohkan langkah yang pernah diambil pemerintah Thailand. Dulu, penghasilan ekspor yang masuk sistem ekonomi Thailand hanya 5 persen. Namun 10 tahun lalu, Thailand membuat peraturan bahwa seluruh pendapatan ekspor, harus masuk dulu ke sistem perbankan nasional.
“Jadi ada waktu mengendap berberapa lama, kecuali ada transaksi yang riil dan sungguh-sungguh, toh itu milik eksportir,” sambungnya.
Atas kebijakan itu, 95 persen hasil ekspor masuk dalam sistem perbankan Thailand. Hasilnya, mata uang bath relatif lebih stabil.
“Kami menyarankan agar seluruh ekspor Indonesia masuk sistem perbankan dulu. Pasti cadangan devisi jadi kuat dan transaksi berjalan jadi positif,” urainya.
“Jadi harus dibuat lebih canggih, fair, dan adil,” ucapnya.
Editor : Donny Foto : Ist