Esensinews.com – Amerika Serikat (AS) mengumbar ancaman untuk memblokade Rusia dengan kapal-kapal perang Angkatan Laut-nya. Tujuannya untuk mencegah pasokan energi potensial Moskow ke Timur Tengah.
Ide blokade itu direspons keras oleh Moskow yang menganggapnya sebagai tindakan perang.
Ancaman Washington itu disampaikan Menteri Dalam Negeri Ryan Zinke seperti dilaporkan The Washington Examiner.
“Saya percaya alasan mereka berada di Timur Tengah adalah mereka ingin menjadi perantara energi seperti yang mereka lakukan di Eropa Timur, perut selatan Eropa,” katanya.
Menurutnya, ada cara dan sarana untuk mengatasinya. “Amerika Serikat memiliki kemampuan itu, dengan Angkatan Laut kami, untuk memastikan jalur laut terbuka, dan, jika perlu, akan memblokade untuk memastikan bahwa energi mereka tidak masuk ke pasar,” ujarnya.
Opsi blokade itu disampaikan Zinke di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Consumer Energy Alliance, sebuah kelompok nirlaba yang menyuarakan “suara konsumen energi” di AS.
Anggota Komite Pertahanan dan Keamanan Senat Rusia, Franz Klintsevich, mengatakan ancaman blokade itu sebagai upaya untuk memberikan tekanan pada Rusia.”Tidak akan berakhir dengan sesuatu yang baik,” katanya. “Washington harus dengan jelas memahaminya.”
Para anggota parlemen Rusia menyebut kata-kata Zinke sudah mengganggu. “Sangat tidak menyenangkan bahwa mitra kami sekali lagi menggunakan ancaman, sanksi dan tindakan tidak ramah daripada membahas isu-isu internasional yang mendesak,” kata anggota Komite Urusan Internasional Duma Negara Rusia, Anton Morozov.
“Rusia memiliki sesuatu untuk ditanggapi, tetapi tindakan seperti itu hanya akan menyebabkan eskalasi ketegangan, dan menyerukan dialog sebagai gantinya,” ujarnya.
AS saat ini tidak fokus pada perdagangan energi Rusia saja. Negara itu juga mengancam akan menjatuhkan sanksi pada negara-negara yang membeli senjata Moskow.
Namun ancaman sanksi itu tak dihiraukan beberapa negara. Baru-baru ini, India menyelesaikan kesepakatan untuk pembelian frigat Rusia dan sistem pertahanan udara S-400.