Esensinews.com – Pemilihan Presiden 2019 mendatang diwarnai dengan hal-hal di luar nalar. Seperti ada yang menawarkan debat dalam bahasa Inggris.
Disatu sisi, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menantang menggunakan debat bahasa Inggris di Pilpres 2019. Usulan itu menuai beragam reaksi dari sejumlah pihak. Termasuk Peneliti Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo.
Debat menggunakan bahasa Inggris kata Karyono, adalah sesuatu hal yang norak. Menurut Karyono debat capres di negara lain, menggunakan bahasa nasional negara mereka.
Karyono juga menambahkan, “Kalau kita lihat di negara- negara seperti Prancis, China dan Jepang, para kepala negara atau pemerintah nya serta delegasi nya kebanyakan menggunakan bahasa nasional mereka di forum-forum internasional,”
Karyono menduga kubu Prabowo-Sandi menggulirkan ide debat bahasa Inggris karena mungkin mereka beranggapan, Jokowi tidak fasih berbahasa Inggris.
“Mereka menggulirkan itu (red: debat bahasa Inggris) karena mungkin ada anggapan bahwa pak Jokowi tidak fasih berbahasa Inggris. Tapi kalau nanti pak Jokowi bisa berdebat fasih berbahasa Inggris, jangan-jangan mereka kaget,” jelasny di Up2yu Kafe, Cikini Jakarta (15/9/18).
Sementara itu kata Karyono, mereka (kubu Prabowo-Sandi) beranggapan debat berbahasa Inggris berpengaruh terhadap elektabilitas kandidat. Padahal hal itu tidak menjadi pertimbangan utama bagi pemilih dalam menentukan pilihan.
Dalam sejumlah hasil survei prilaku pemilih menunjukkan, faktor yang menjadi alasan untuk memilih kandidat adalah faktor personaliti (kepribadian), seperti merakyat, jujur, bersih, tegas, berwibawa, religius, dan sebagainya. Faktor kedua yaitu, rekam jejak (track record) dan program kerja.
“Kemahiran dalam berbahasa Inggris, tidak signifikan pengaruhnya terhadap elektabilitas,” tutup Karyono.
Editor : Syafrizal