Oleh : DR Jerry Massie MA, PhD peneliti politik Indonesian Public Institute (IPI)
Berkaca dari parlementary threshold (ambang batas) 4 persen yang ditentukan pada pileg nanti, otomatis hanya ada 7 partai yang bertahan, lainya bisa terlempar di parlemen 2019.
Siapa Saja Partai yang Lolos?
Kendati pada pilpres lalu PDIP hanya meraih 4 kemenangan cagubnya seperti; Jateng, Bali, Sulsel dan tapi magnet atau daya pikat partai moncong putih ini masih kuat survei LIPI pun mereka masih dominan PDIP merupakan partai dengan elektablitas tertinggi sebesar 24,1 persen. Menyusul Partai Golkar menempati posisi kedua dengan elektablitas 10,2 persen. Urutan ketiga Partai Gerindra sebesar 9,1 persen.
Dalam hal ini menurut saya melihat 3 partai ini PDI-P, Golkar dan Gerindra masih bertengker di posisi teratas. Ini kalau dalam sepak bola Inggris bak Manchester United, Liverpool dan Chelsea maupun Manchester City.
Kekuatan 3 partai ini memang masih unggul. Diparlemen PDI Perjuangan meraih 107 kursi, Golkar 91 kursi dan Gerindra 73 kursi.
4 Ini Partai Bersaing Ketat
Sedangkan 4 partai lainnya, masing-masing PKB, Demokrat, Nasdem, PPP. Kemenangan dan keunggulan PKB tak lepas dari imaging (pencitraan) selama hampir 6 bulan, nama Cak Imin meroket saat dirinya mendeklarasikan sebagai cawapres Jokowi. Branding serta popularity mereka menjdi kuat.
Untuk partai berlambang Ka’bah PPP sendiri, terdongkrak dari pemilih milenael khususnya santri dan abangan juga. Branding dan marketing politik lewat TV dari Rommy sang ketum ikut mendongkrak partai ini.
Jika mengacu pada survei LSI maka PPP mendapatkan 3,5 persen, PKS 3,8 persen, PAN 2,0 persen, dan Hanura 0,7 persen. Hanya Nasdem yang perolehan suaranya sedikit di atas ambang batas, yakni 4,2 persen.
Jadi PPP belum terlalu aman lantaran masih ada selisih 0,5 persen. Tinggal bagaimana mereka mengejar di pileg nanti. Partai Demokrat sendiri pada pileg lalu meraih 64 kursi atau sekitar 10,8 persen.
Hengkangnya Sejumlah Kader Bisa Berdampak Buruk
Nah! dengan hijrahnya kader kader mereka seperti Sukarwo, Tuan Guru Bajang bahkan Lukas Enembe Gubernur terpilih Papua maka bisa tergerus suara mereka. Jadi lumbung suara mereka bisa hilang seperti Papua, Jatim, Sulsel dan NTB.
Begitu pula, Yasin Limpo di Sulsel. Mantan Gubernur ini hijrah ke Partai Nasdem akan mengurangi amunisi demokrat itu sendiri.
PKB sendiri yang didukung oleh 90 juta (2015) saya prediksi akan mulus dan masih bertahan.
Sementara untuk partai baru, dari 5 partai yang masuk yaitu ; Partai Garuda, PSI, Partai Berkarya, Perindo dan PBB maka peluang untuk lolos hanya ada pada Perindo. Sedangkan partai lainnya bersama PKPI diprediksi akan tumbang.
Nah! bisa jadi koalisi dan afiliasi akan terjadi. Misalkan PKS, PBB dan PAN membuat koalisi baru (koalisi agama) sedangkan Perindo berpeluang afiliasi politik dengan PDI-P atau Golkar. PKPI ke Golkar karena awalnya partai ini pecahan golkar yang didirikan mantan wapres era mendiang Presiden Soeharto yaitu, Try Sutrisno adapula Edy Sudrajat dan Hayono Isman yang kini berlabuh di Nasdem.
Sebetulnya kalau koalisi golkar bergabung atau anak-anak politik PG seperti, Hanura, Gerindra, PKPI dan Nasdem mereka sulit terkalahkan.